Buku Wiji Thukul : From A To Z - Karya Ristia Nurmalita
s
Book 5

Wiji Thukul : From A To Z

Reviews (0 / 5)

by Ristia Nurmalita

About this edition
Maka hanya ada satu kata: Lawan!", Itulah kata-kata penyemangat yang kerap terdengar setiap kali ada demonstrasi yang kebijakan pemerintah. Ya, Wiji Thukul, seorang penyair sekaligus aktivis kaum proletar, dinyatakan hilang pada awal 1998. Sepak terjangnya dalam menentang pemerintahan Orde Baru disambut hangat oleh setiap lapis masyarakat, terutama para buruh. Pria dengan nama asli Wiji Widodo ini memang tak menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Karawitan, tetapi adikarya yang ia tulis mampu menggerakkan sendi-sendi perlawanan dan mengobarkan semangat. Bahkan, ia sempat mengasongkan puisi di jalan jalan, sembari menyuarakan kritik dan protes dengan nada getir dan perkasa. Kebebasan berpendapat dan menyuarakan aspirasi yang saat ini kita rasakan merupakan hasil perjuangan dari seorang seniman jalanan ini. Kisah pergulatan penyair dalam melawan represi yang sempat diadaptasi ke dalam layar lebar berjudul "Istirahatlah Kata-kata" patut diteladani agar hak asasi manusia bisa tetap ditegakkan dan kritik sosial dapat senantiasa disuarakan. Meskipun Wiji Thukul tidak diketahui sampai sekarang juga, tetapi perjuangannya tetap akan berlanjut. Sebab, kata tanya masih utuh dan belum binasa. Di sebuah perkampungan miskin desa Sorogenen di daerah Solo yang mayoritas adalah tukang becak, buruh, kuli bangunan, dan buruh serabutan, lahir seorang anak bernama Wiji Widodo pada 26 Agustus 1963 dari sebuah keluarga sederhana bernama Kemis Harjosuwito dan Sayem. Pekerjaan ayah Wiji Widodo adalah tukang becak, dan untuk membantu perekonomian keluarga ibunya menjual ayam bumbu di pasar Sorogenen. Wiji Widodo merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Saudara pertama bernama Wahyu Susilo dan saudara kedua bernama Rasri. Saat remaja Wiji Widodo termasuk orang yang rajin berangkat ke kapel, karena kebetulan dekat rumahnya ada kapel. Dia selalu mengajak adiknya, Wahyu Susilo, yang terpaut umur empat tahun. Wiji Widodo juga aktif menjadi anggota kor kapel dengan tempat berlatih di aula SD Kanisius tempat adiknya sekolah. Uniknya setiap kakak beradik tersebut berangkat ke kapel, sang adik selalu disuruh membawa buku doa dan nyanyian Mahda Bakti, sedangkan Wiji Widodo malah membawa novel serial silat karangan Asmaraman Sukowati atau Kho Ping Hoo.
Details
  • Jumlah Halaman

    232

    Penerbit

    Anak Hebat Indonesia

  • Tanggal Terbit

    08 Dec, 2022

  • Bahasa

    Indonesia

    ISBN

    9786234002379

Similar Books