Buku Tafsir Salman - Karya Tim Tafsir Salman ITB
s
Book 5

Tafsir Salman

Reviews (0 / 5)

by Tim Tafsir Salman ITB

About this edition
Buku Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz "˜Amma Karya Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB. Al-Quran, sebagaimana diketahui, adalah salah satu, kalau bukan satu-satunya, kitab suci yang sangat mendukung ilmu pengetahuan. Tidak kurang dari 750 ayat kauniyah yang berbicara tentang ilmu pengetahuan hampir 5 kali lipat lebih banyak daripada ayat ahkam (seputar fiqih). Oleh sebab itu, hampir merupakan suatu konsekuensi logis apabila umat Islam memberikan perhatian dalam porsi besar terhadap ayat-ayat kauniyah. Pada kenyataannya, khazanah tafsir di Dunia Islam amat didominasi dengan pendekatan linguistik, fikih, serta akhlak dan tasawuf, dan amat sedikit sekali yang mengulas ayat-ayat kauniyah dengan pendekatan keilmuan (tafsir ilmi). Menyadari kenyataan itu, Tim Salman ITB berupaya mengisi kelangkaan khazanah tafsir ilmi ini dengan menerbitkan Tafsir Salman, khusus untuk Juz 30. Pertimbangannya, Juz 30 ini dipilih karena mengandung surah-surah yang paling sering dibaca dalam shalat sehari-hari. Setelah membaca tafsir ini, diharapkan para pembaca akan lebih mampu menghayati kebesaran Allah di alam semesta saat melantunkan surah-surah tersebut. Disusun oleh para pakar multidisiplin di bidang sains dan teknologi serta pakar bahasa dan tafsir al-Quran, buku ini merupakan langkah awal bagi Tim Salman ITB untuk menulis serangkaian tafsir ilmi berikutnya secara tematik (bidang lingkungan, manusia, kepemimpinan, sains-teknologi, dsb). Dalam Islam, ilmu pengetahuan memiliki keterkaitan erat dengan ayat suci Alquran. Tak ada pemisahan seperti halnya yang dilakukan oleh dunia Barat. Karena itu, tak sedikit buah karya seperti tafsir ilmi yang dilahirkan oleh ulama-ulama Muslim. Tafsir ilmi mencoba memahami kitab suci Alquran secara ilmiah dan rasional. Meski mendapat sejumlah kritik dan penentangan, namun tafsir ilmi terus berkembang dari zaman ke zaman. Dari era Imam Ghazali (505 H), Imam Fakhrudin al-Razi, Jalaludin al-Suyuti sampai Muhammad Abduh (1849-1905). Imam al-Ghazali, misalnya, dalam kitabnya Jawahir al-Quran, menegaskan, penafsiran ayat Alquran perlu menggunakan disiplin ilmu seperti astronomi, kedokteran, dan perbintangan. Sementara Abduh mengingatkan agar Muslim berpikir kritis dan tidak terjebak fatalisme. Upaya pengembangan tafsir ilmi pun terus dilakukan dengan mengaitkan ayat-ayat qauliyah dan kauniyah yang ada di alam semesta sampai di era modern. Tak hanya di Timur Tengah, upaya penafsiran terhadap Alquran juga dilakukan di Indonesia. Adalah para ilmuwan Muslim Indonesia di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mencoba menggali makna ilmiah dalam ayat suci Alquran. Buah pikir para ilmuwan ITB inipun berhasil menelurkan sebuah karya tafsir ilmi yang menambah literatur khazanah Muslim. Tafsir tersebut diberi nama Tafsir Salman. Istilah Salman mengacu pada nama masjid di ITB yang selama ini menjadi pusat pergerakan Islam di kampus itu. Tafsir yang dibukukan setebal 619 halaman itu fokus pada surah-surah terakhir Alquran, yaitu di juz 30. Tafsir tidak menyentuh sama sekali juz lain selain bagian akhir itu. Dari 37 surah dalam Juz Amma, dipilihlah 29 surah yang dianggap sarat akan isyarat ilmiah. Adapun 29 surah tersebut 28 surah Makkiyah (diturunkan di Makkah) dan satu surah Madaniyah (diturunkan di Madinah). Tafsir disusun oleh 26 pakar dari berbagai disiplin ilmu. Adapun pemilihan Juz Amma dalam tafsir ini, antara lain, karena Juz Amma merupakan salah satu dari dua Juz yang mayoritas suratnya berisi surah-surah yang turun di awal-awal kenabian atau Makkiyah Awal. Surah-surah Makkiyah awal kebanyakan memuat dasar-dasar keislaman yakni akidah dan akhlak dan belum menyangkut soal hukum dan syariat. Salah satu surah yang ditafsirkan yakni al-'Alaq. Pada ayat pertama disebutkan, Iqra' bismi rabbika al-ladzi khalaq. Menurut ilmuwan ITB, ada makna penting dalam ayat pertama surah Iqra. Pertama-tama Rasulullah diperintahkan Allah untuk membaca atau iqra'. Perintah membaca, bukan berarti membaca lembaran yang dibawa Malaikat Jibril. Konteks "membaca" dalam hal ini adalah "membaca" dunia mikrokosmos dan makrokosmos. Rasulullah sudah mempunyai gambaran tentang dunia, baik makrokosmos maupun makrokosmos. Beliau merasa resah dengan kondisi seperti itu. Perintah iqra' sebenarnya merupakan perintah 'membaca fakta-fakta kehidupan dalam kedua kosmos' tersebut.
Details
  • Jumlah Halaman

    0

    Penerbit

    Mizan Publising

  • Tanggal Terbit

    28 Oct, 2014

  • Bahasa

    Indonesia

    ISBN

Similar Books