Buku Celetuk Bahasa Mengungkap 100+ Salah Kaprah - Karya Uu Suhardi
s
Book 5

Celetuk Bahasa Mengungkap 100+ Salah Kaprah

Reviews (0 / 5)

by Uu Suhardi

About this edition
Berdasarkan pengalamannya hampir 30 tahun menjadi editor UU Suhardi, penulis buku Celetuk Bahasa Mengungkap 100+ Salah Kaprah berkesimpulan bahwa "masalah dalam bahasa Indonesia sebenarnya persoalan mudah, tapi kerap menjadi sulit karena dibikin rumit atau justru digampang-gampangkan". Lebih lanjut, koordinator redaksi bahasa di grup Tempo ini menyimpulkan bahwa di antara pelbagai masalah kebahasaan itu, yang terbanyak adalah kesalahkaprahan. Agar laras dengan kecenderungan zaman, mulanya penulis bahas pelbagai kesalahkaprahan itu dalam kalimat pendek yang ia unggah di linimasa media sosial Twitter pada 2014-2016 dan di Facebook mulai akhir 2016. Ia menyebut unggahannya itu sebagai "celetuk". Celetuk penulis di Facebook itulah yang kemudian dibukukan oleh Pusat Data dan Analisa Tempo dengan tajuk Celetuk Bahasa: Mengungkap 100+ Salah Kaprah. Ivan Lanin, wikipediawan dan peneroka bahasa Indonesia daring, menilai bahwa melalui penerbitan buku tersebut, pengetahuan kebahasaan yang tadinya hanya dapat dinikmati oleh rekan dan pengikut penulis di media sosial kini disusun dengan lebih sistematis dan dapat lebih luas tersebar. Buku ini membahas 8 pokok bahasan, yaitu: baku, ejaan, imbuhan, lesap, lewah, makna, serapan, dan ilustrasi. Namun, itu bukanlah struktur penyusunan buku. Celetuk tak dikelompokkan berdasarkan pokok bahasan itu. Layaknya gaya celetuk, bahasan sengaja dibiarkan mengalir begitu saja, santai, dan bahkan tak jarang dibumbui gurauan. Ini membuat pembaca lebih mudah memahami tanpa merasa digurui. Dalam bahasan baku misalnya, penulis menjelaskan bahwa pasangan "antara" adalah "dan", bukan "dengan". Agar mudah diingat, ia mengajak pembaca untuk mengingat lagu Antara Anyer dan Jakarta atau Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu. (hlm. 5) Logika berbahasa tak luput dari perhatian penulis. Ia mencontohkan, "Naik busway" itu keliru karena busway bukan bus melainkan jalur bus. Contoh lain, pedestrian berarti pejalan kaki, jadi sungguh aneh kalau kita mengatakan "berjalan di atas pedestrian". (hlm. 58) Kegemaran penulis terhadap sepak bola kerap mewarnai celetuknya. Misalnya, saat menjelaskan kelewahan berbahasa, ia mencontohkan, "Real Madrid akan saling berhadapan dengan Atletico Madrid malam ini." Kata saling dalam kalimat tersebut lewah karena kata berhadapan telah menunjukkan keberadaan dua pihak. (hlm. 141) Melalui buku ini, pembaca dapat menyadari bahwa dalam keseharian kita banyak kesalahkaprahan berbahasa bertebaran, baik dalam ragam tulis maupun lisan. Dan melalui buku ini juga penulis berharap dapat meyakinkan pembaca bahwa bahasa Indonesia sebenarnya mudah dan menyenangkan dipelajari.
Details
  • Jumlah Halaman

    174

    Penerbit

    Tempo Publishing

  • Tanggal Terbit

    30 Sep, 2017

    Penulis
    Uu Suhardi
  • Bahasa

    Indonesia

    ISBN

    9786026773159

Similar Books