Buku Brahmana Buddha Di Bali - Karya C Hooykaas
s
Book 5

Brahmana Buddha Di Bali

Reviews (0 / 5)

by C. Hooykaas

About this edition
Brahmā adalah raja surgawi dalam agama Buddha. Dia diambil dari agama-agama India lainnya seperti Hinduisme yang menganggapnya sebagai pelindung ajaran (dharmapala), dan tidak pernah diceritakan dalam kitab-kitab Buddha awal sebagai dewa pencipta. Brahma adalah bagian dari kosmologi Buddhis, dan penguasa atas alam kelahiran kembali surgawi yang disebut Brahmaloka, alam kehidupan setelah kematian dan alam tumimbal lahir yang paling didambakan dalam tradisi-tradisi Buddhis. Agama Hindu di Bali memang unik dan tidak dapat dikatakan persis sama dengan agama Hindu pada umumnya di tempat lain. Terdapat banyak aliran yang satu sama lain memiliki perbedaan baik dalam praktik ritual maupun perbedaan kelompok pendeta brahmana. Asal-usul Brahma dalam agama Buddha dan agama-agama India lainnya tidak pasti, sebagian karena beberapa kata yang terkait seperti satu untuk Realitas Tertinggi metafisik (Brahman), dan pendeta (Brahmana) ditemukan dalam kepustakaan Weda. Menurut KN Jayatilleke, Regweda menyatakan skeptis mengenai dewa-dewa utama seperti Indra apakah dia memang ada, serta apakah alam semesta memiliki sosok pencipta dan dapatkah ini diketahui, sebagaimana ditunjukkan dalam buku kedelapan dan kesepuluh, khususnya dalam Nasadiya Sukta. Nyanyian rohani Weda akhir telah mulai menanyakan hakikat pengetahuan yang sejati dan sahih, verifikasi empiris, dan realitas absolut. Upanisad awal dibangun di atas tema ini, sementara secara paralel muncul Buddhisme, Jainisme, dan tradisi skeptis lainnya. Agama Buddha menggunakan istilah Brahma untuk menyangkal sosok pencipta dan juga untuk menempatkannya (dan dewa-dewa lain seperti Indra) pada posisi yang tidak sepenting Buddha. Dalam literatur Hindu, salah satu penyebutan dewa Brahma yang paling awal beserta dengan Wisnu dan Siwa adalah dalam Prapathaka (pelajaran) kelima dari Maitrayani Upanishad, mungkin disusun pada akhir milenium ke-1 SM, setelah munculnya agama Buddha. Konsep spiritual Brahman jauh lebih tua, dan beberapa sarjana menyarankan dewa Brahma mungkin telah muncul sebagai konsepsi personal dan ikon dengan atribut (versi saguna) dari prinsip universal impersonal yang disebut Brahman. Buddhis menyerang konsep Brahma, ujar Gananath Obeyesekere, dan karenanya secara polemis menyerang konsep Weda dan Upanisad tentang neral gender, Brahman metafisik abstrak. Penulis buku yang memiliki perhatian luar biasa mengenai masalah ini, C. Hooykaas secara khusus dan komprehensif menyoroti adanya dua aliran pendeta brahmana, yakni pedanda Budha (yang jumlahnya tidak banyak), dan pendeta siwa yang jumlahnya sepuluh kali lipat. Hooykaas dengan cermat mengamati aktivitas kedua aliran pendeta itu, baik mengenai gerak tangan (mudra) maupun jenis mantra yang digunakan. Teks-teks mantra yang berbeda itu juga direkam dengan cermat dan diberi makna. Karena itu, isi buku ini penting tidak saja sebagai dokumen yang diduga akan segera hilang jika tidak diterjemahkan dan dipublikasikan, tetapi juga patut diketahui para pendeta, pemangku dan pinandita, bahkan penting bagi umat yang ingin mendalami cara-cara memandu upacara agama Hindu Bali. Daftar Isi : Bonus dalam paket : Informasi Lain : Judul : Brahmana Buddha Di Bali Penulis : C. Hooykaas Penerbit : Udayana University Press ISBN : 9786022942306 Terbit : 18 Desember 2017 Halaman : 437 Lebar : 15.5 cm Berat : 0.45 kg
Details
  • Jumlah Halaman

    437

    Penerbit

    Udayana University Press

  • Tanggal Terbit

    17 Dec, 2017

  • Bahasa

    Indonesia

    ISBN

    9786022942306

Similar Books