Fiksi, Resensi, Review

Review Uprooted, Berangkat dari Cerita Rakyat Polandia

Cerita penuh pesan moral seringkali dikisahkan dengan cara-cara  magis agar anak-anak percaya dan patuh tanpa bertanya lebih jauh. Uprooted mengandung pesan agar...

Judul 		: Uprooted (Tercerabut)
Penulis	        : Naomi Novik
Tahun terbit	: Copyright 2015; Terjemahan 2020
Halaman	        : 592
Rating		: 4.5/5.0

Apa cerita rakyat yang membekas bagi kalian?

Cerita penuh pesan moral seringkali dikisahkan dengan cara-cara  magis agar anak-anak percaya dan patuh tanpa bertanya lebih jauh. Uprooted mengandung pesan agar kita tidak merusak hutan, atau hutan akan berbalik menjadi petaka bagi manusia.

Terpilihnya Agnieszka

Agnieszka mencintai lembah tempatnya tinggal bersama sahabatnya, Kasia. Kehidupan desa yang tenang dengan pegunungan yang menjulang dan sungai yang berkelok tidak lantas membuat hidup mereka damai. Rimba di perbatasan memberikan bayang-bayang gelap seakan siap menyerang kapan saja.

Untuk bertahan dari serangan Rimba, penduduk mengandalkan Naga, Sang penyihir. Setiap sepuluh tahun ia akan memilih satu gadis yang tak hanya muda, tapi juga berbakat untuk melayaninya. Tak ada yang tahu apa yang dilakukan gadis itu karena mereka yang kembali dari menara akan buru-buru pergi.

Penduduk desa yakin Sang Naga akan mengambil gadis bernama Kasia yang cantik dan berbakat. Untuk menghadapi hari ini, Kasia juga telah belajar banyak hal untuk bersiap melayani Sang Naga. Kenyataan itu tak lantas membuat Kasia gentar karena ia punya mimpi besar setelah tugasnya selesai.

Baca juga : Review Novel Karavansara Karya Rio Johan

Hingga perayaan musim panen sekaligus hari pemilihan itu tiba. Agnieszka bersama sepuluh gadis lain termasuk Kasia berderet bersama di padang desa. Meja-meja seakan tak cukup kuat menyangga upeti dari seantero limbah. Kemudian Sang Naga datang dengan kesan magis sekaligus mengerikan.

Waktu berjalan begitu cepat ketika Sang Naga memilih Agnieszka yang ceroboh—bukan Kasia. Seolah tidak ada yang percaya akan pilihan itu, bahkan Sang Naga seperti terpaksa melakukannya. Tidak ada yang tahu apa yang dimiliki Agnieszka hingga takdir mengantarkannya pada pemilihan ini.

Agnieszka Mulai Mengenal Diri Sendiri

Cerita berlanjut mengisahkan Agnieszka yang tinggal di menara. Dia melakukan apapun untuk melayani Sang Naga. Meski ia sendiri cukup yakin Sang Naga bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan sihir miliknya. Sang Naga juga rela membayar dengan harga fantastis untuk sebuah buku bagus yang dimiliki penduduk. 

“Di Lembah, sebuah rumah dianggap miskin bila tidak memiliki sekurang-kurangnya dua atau tiga buku yang dipajang dengan bangga di dinding.” (halaman 12)

Waktu berjalan begitu lambat bagi Agnieszka tanpa mengetahui pasti untuk apa peran dirinya. Perlahan dia mulai mengenal diri sendiri selama menjalani hari-hari di menara. Bermula saat Sang Naga yang membisikkan satu mantra kecil yang membuat mereka tersadar bahwa, Agnieszka juga seorang penyihir.

Fakta baru itu tak lantas membuat hubungan mereka membaik. Agnieszka tidak suka dengan perangai Sang Naga yang kaku dan tidak segan berkata pedas atas apa-apa yang tidak disukainya. Apalagi perangai Agnieszka yang ceroboh sehingga membuat pakaiannya selalu kotor.

Agnieszka pun selalu menghindari pertemuan dengan menyajikan makanan di perpustakaan lima menit sebelum jam makan —setidaknya itu kiat dari gadis sebelumnya. Bahkan Agnieszka tak kunjung mengerti arti dirinya bagi penduduk Lembah di masa yang akan datang.

Pertempuran Dimulai

Relasi Agnieszka dan Sang Naga membuat sesi latihan sihir tidak begitu berarti. Alur cerita berjalan cukup lambat dan hampir setiap hal diceritakan dengan detail sehingga membutuhkan imajinasi tinggi untuk mengikutinya. Beberapa mantra juga cukup sulit untuk diucapkan sehingga sulit diingat tidak hanya bagi Agnieszka tapi juga pembaca.

Hingga Wensa, ibu Kasia datang dengan tergopoh-gopoh. Ia meminta pertolongan sebab Kasia diculik para pelintas —sebutan bagi mereka yang tercemar Rimba. Agnieszka bersikeras untuk menyelamatkan Kasia. Begitulah Agnieszka, ceroboh dan tak kenal takut membuat aturan tidak berarti.

Baca juga : Resensi ‘Pukul Setengah Lima’ dalam Bayangan Marni: Kisah Keterpurukan Alina, Gadis yang Tenggelam dalam Rona Kepalsuan dan Berharap Menemukan Rumah untuk Kembali

Cerita berjalan cukup lambat untuk mengetahui mengapa Rimba menjadi sosok yang begitu menakutkan. Sosok antagonis yang diceritakan bukan manusia, melainkan Rimba seakan menjadikan benda-benda mati dan misterius lainnya perlu diwaspadai. Teka-teki terjawab perlahan dengan hadirnya setiap peristiwa seiring berkembangnya karakter. 

Sarkan —nama Sang Naga menuturkan kisahnya mengenai pengkhianatan semasa hidupnya di istana Polnya. Juga kisah lain mengenai Putra Mahkota Vasily dari Rosya berkunjung ke Polnya dalam suatu misi diplomatik. Keduanya jatuh cinta dan kabur memasuki Rimba.

“Tak ada yang memasuki Rimba dan bisa keluar lagi, setidaknya dalam keadaan utuh dan masih menjadi diri sendiri.” (halaman 69)

Kisah itu tak lantas membuat Agnieszka gentar untuk menyelamatkan Kasia hingga ia nekat memasuki Rimba berbekal sihir sederhana dan buku Jaga yang ia bawa. Setelah pengambilan Kasia, Rimba kembali menyerang dan Sang Naga memberikan perlawanan dengan segala usaha yang ia punya.

Jauh setelahnya, aku baru mengerti mengapa Rimba bertindak sejauh ini. Agnieszka tetaplah Agnieszka yang ceroboh dan berani. Bersama Sarkan ia mulai menghadapi aneka bentuk perlawanan termasuk ketika Pangeran Marek, mendesak untuk menyelamatkan Ratu. Jika tidak, ia akan memusnahkan Kasia yang menurutnya tercemar.

Baca juga : Resensi ‘Yellowface’, sebuah Satir tentang Perampasan Kekayaan Intelektual dalam Dunia Penerbitan

Berbagai pertempuran dengan mantra-mantra dan pasukan istana berlangsung menegangkan. Beberapa momen berbalik ketika Ratu yang mereka selamatkan bukanlah Ratu Hanna, melainkan Ratu Rimba yang mengisi tubuhnya. Membuat cerita menjadi begitu rumit bak benang kusut yang sulit terurai.

Agnieszka akhirnya menyadari bahwa, bukan lagi cara melawan Rimba untuk membuat mereka hidup damai di Lembah. Melainkan berdamai dengan Lembah itu sendiri. Momen-momen haru berlangsung dalam Rimba mengenai alasan mengapa Ratu Rimba bertindak begitu mengerikan.

“Dia mengingat hal-hal yang keliru, dan terlalu banyak melupakan. Dia ingat cara membunuh dan membenci, tapi dia melupakan cara tumbuh.” (halaman 561)

Agnieszka membantu Ratu Rimba tumbuh bersama saudaranya di kawasan pohon inti. Keluarga dan rakyatnya sudah memutuskan untuk menjalani hidup seperti ini. Mereka memilih untuk tumbuh dengan cara mereka agar tidak mengingat hal-hal keliru. 

Tak ada lagi Rimba seperti yang ia kenal. Agnieszka membebaskan beberapa pelintas dari pohon inti yang masih bisa diselamatkan. Pohon-pohon tumbuh subur dan siapapun bisa memakan buahnya tanpa khawatir tercemar.

Written by Tristiana Hidayatul Wahidah
Aku Tia, seorang Bibliofili. Membaca buku membuatku tahu banyak hal dan selalu ingin membaginya. Entah karena alur ceritanya yang seru, isu hangat yang sedang diangkat, tokohnya yang menarik, dan lainnya. Profile

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *