Non Fiksi, Resensi, Review

Review Sunny Everywhere, Perjalanan Menemukan Diri Sendiri

Bagaimana cara kalian menyikapi sisi gelap dalam hidup? Setiap manusia tentu punya cela dan luka. Entah karena pribadi kita, jalan hidup yang...

Judul 		: Sunny Everywhere
Penulis	        : Sunny Dahye
Tahun terbit	: 2019
Rating 		: 4.2 / 5.0
Halaman	        : 120

Bagaimana cara kalian menyikapi sisi gelap dalam hidup?

Setiap manusia tentu punya cela dan luka. Entah karena pribadi kita, jalan hidup yang harus kita lewati, atau pertemuan-pertemuan yang tidak pernah bisa kita prediksi. Tapi kita semua memiliki kesempatan untuk terus berbenah, berusaha, dan memperbaiki diri.

Sekilas Mengenai Isi Buku

Sebagaimana buku-buku lain yang ditulis untuk menceritakan beberapa bagian dari hidup penulis, Sunny Everywhere juga demikian. Sunny membuka banyak sisi dari dirinya yang selama ini begitu ceria di layar kaca ternyata menyimpan banyak luka. 

“I was just a girl. A little girl with big dreams, who is willing to step out of her comfort zone.”

Perjalanan panjang pindah-pindah negara membuatnya harus beradaptasi dengan lingkungan baru, teman baru, dan banyak hal baru lainnya. Terkadang dia sudah sudah berusaha untuk membaur tapi kenyataannya tidak semudah itu.

Kondisi keluarga membuat Sunny harus memiliki hati yang lebih lapang. Hidup di Bali bersama ibu dan ayah sambungnya yang sedang menjalankan bisnis restoran Korea tidak seindah seperti di drama. Sunny juga tidak benar-benar tumbuh besar bersama ayah kandungnya sehingga hubungan mereka tidak begitu erat.

Baca juga : 7 Rekomendasi Buku Self Improvement Terbaik yang Wajib Kamu Baca

Sunny sempat ingin mendaftarkan diri di jurusan dan universitas lain hingga takdir mengantarnya untuk melanjutkan studi di Jogja. Lagi-lagi ia mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan dunia kampus dan memutuskan kabur untuk menemui Ayah kandungnya di Korea.

Namun sayangnya, kondisi Ayah kandungnya tidak seperti yang diharapkan membuat Sunny harus kembali berjuang seorang diri. Di antara rutinitas kerja paruh waktu, Sunny mulai menemukan titik balik saat menemukan YouTube. Dia mulai membuat konten makeup tutorial dengan perangkat seadanya.

Tidak semua tanggapan penonton videonya berkesan baik, tapi justru itu yang membuat Sunny bangkit. Tapi lagi-lagi rintangan kembali di depan mata ketika Sunny kembali ke kampus. Banyak orang mengira Sunny haus ketenaran ketika melihatnya tampil di YouTube. Beruntung ia bertemu dengan seorang sahabat karib yang membantunya di momen itu.

Sunny sempat mengambil double degree di Amerika sambil tetap merekam diri berulang kali untuk me-release stres. Perjalanan terus berlanjut hingga dia mendapat beberapa tawaran kerja sama dan jumlah pengikutnya naik.

Baca juga : Review Buku The Answer –   Allan & Barbara  

Sayangnya Sunny merasakan kehampaan saat YouTube channel-nya menyentuh angka 1 juta subscribers. Padahal sebenarnya Sunny sudah merencanakan banyak hal di awal tahun. Ia seperti kehilangan jati diri dan hilang arah di saat yang sama. Setelah itu ia memutuskan untuk pulang ke Bali (setelah tidak pulang selama 2 tahun) dan melanjutkan hidup di Korea.

Kepindahannya ke Korea juga tidak mudah, bahkan Sunny sempat bekerja paruh waktu di Garosugil, area bergaya di Seoul. Hingga waktu berselang, Sunny kembali mengunjungi Garosugil sebagai Sunny yang berbeda, yang bersinar.

Kesan Setelah Membaca Buku

Don’t judge a book by it cover

Ungkapan don’t judge a book by it cover memang sepenuhnya benar, dan itu yang aku dapat dari buku ini. Meski berjudul sunny everywhere, nyatanya tidak demikian. Pada sebuah halaman mungkin kalian akan berjumpa dengan “It was Sunny in Osaka” tapi kemudian kamu juga akan menemukan “It was Obviously not Sunny in Garosugil.”

Sampul cerah berhias bunga matahari ini ternyata berbanding terbalik dengan isi buku yang penuh dengan luka. Banyak hal yang dilewati Sunny untuk menjadi dirinya yang sekarang. Memang tidak mudah, tapi dia telah membuktikannya. Sebenarnya Sunny juga sudah memperingatkan hal ini pada beberapa halaman awal.

Cukup gamblang

Hampir setiap momen diceritakan dengan cukup gamblang, termasuk bagian-bagian tersulit dalam hidup Sunny. Mungkin ia akan sulit mengungkapnya melalui platform lain termasuk YouTube dimana ia selalu tampil ceria. Namun media cetak ini seakan memberikan wadah terbaik bagi Sunny untuk mencurahkan semua isi hati dan pikirannya.

Penuh makna

Selain terkesan to the point, Sunny juga selalu memberikan banyak kesan hampir di setiap akhir cerita. Jalan panjang dan terjal yang harus dilewati Sunny membuat kita untuk selalu ingat akan tekad awal yang kita bangun. Kita tidak akan sampai jika berhenti, kita hanya akan sampai jika kita melanjutkan langkah. Kurang lebih begitulah yang diperlihatkan Sunny.

Berisi banyak ungkapan

Kebanyakan diantaranya disertai ilustrasi unik dengan warna dan ukuran huruf yang berbeda sehingga makin membekas. Buku singkat yang habis dibaca sekali duduk ini menjelma begitu hangat. 

Kita tidak hanya akan larut dalam setiap cerita tapi juga seakan Sunny hadir untuk memberikan kata-kata terbaiknya dengan melihat mata kita. Bilang jika tidak apa-apa jika kita punya sisi gelap yang selama ini ingin kita simpan sendiri. Berikut diantaranya:

“Toh, siapa dari kita manusia yang tidak pernah terluka? Kita memiliki masa lalu dan cerita gelap yang berusaha kita tutup rapat-rapat.” (hlm. 26)

“I want to become successful. I don’t want to settle for anything less if I could achieve more.” (hlm. 46)

“Tapi siapa sih yang mau percaya perkataan kita kalau mereka memang sudah menghakimi sejak awal?” (hlm. 49)

“Sometimes, I wish I have my own time. Sometimes I just want to run away from everyone. I want to hide under my blanket and just be in my own world. But reality won’t let me.” (hlm. 60)

“Semakin tinggi kamu terbang, semakin tersesat kamu merasa.” (hlm. 62)

Baca juga : Review Buku Start With Why – Simon Sinek

“Teman yang sesungguhnya akan bahagia untukmu, bahkan membantumu menjadi bahagia. Bukan cuma ada di situ saat kamu sukses, lalu pergi saat kamu menghantam poin terendah dalam hidup.” (hlm. 85)

“Tapi, bukankah waktu adalah sebuah entitas yang berbahaya? Waktu mengubah orang, mengubah sifat, dan waktu bisa menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya.” (hlm. 101)

“Pikiran kita adalah anugerah terindah yang bisa dimiliki sebagai manusia. Jangan memadamkannya, apalagi berpikir bahwa dirimu tidak pantas. Karena salah satu kesalahan terbesar dalam hidupku adalah ketika orang-orang mengatakan aku tidak akan bisa meraih impian-impianku, dan aku mempercayainya.” (hlm. 107)

“Berbanggalah pada dirimu. Orang-orang yang melabelimu dengan ini-itu mungkin sedih karena mereka tidak bisa melakukan apa yang kamu kerjakan. Mereka cepat puas dengan apa yang sudah mereka miliki, sementara orang sukses selalu berusaha mendapatkan yang lebih baik lagi.” (hlm.117)

Written by Tristiana Hidayatul Wahidah
Aku Tia, seorang Bibliofili. Membaca buku membuatku tahu banyak hal dan selalu ingin membaginya. Entah karena alur ceritanya yang seru, isu hangat yang sedang diangkat, tokohnya yang menarik, dan lainnya. Profile

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *