Judul : Sosiologi Islam
Penulis : Ali Syariati
Penerbit : Ananda
Halaman : -
Buku Sosiologi Islam merupakan karya dari Sosiolog dan Ulama kenamaan Iran, Dr. Ali Syariati. Sosiolog yang merupakan alumni Sorbonne University di Paris ini, besar dari lingkungan pendidikan ayahnya yang mana merupakan seorang Ulama, namun melek pula dengan pengetahuan Barat. Inilah yang oleh Yudi Latif sebut sebagai intelegensia yang melek pengetahuan agama, atau dapat pula Ulama yang melek pengetahuan Barat. Buku ini terbagi ke dalam beberapa bagian, izinkan jaritelunjuk memulai pembahasan.
Pendekatan-Pendekatan untuk Memahami Islam
Pertama, kita harus mengenal Tuhan dari Islam itu sendiri dan membandingkannya dengan objek-objek penyembahan dari agama yang lain. Kedua, mengenal kitab Islam, yaitu Al-Qur’an, dan kemudian membandingkannya dengan kitab-kitab yang lain. Ketiga, mengenal Nabi Islam, yaitu Nabi Muhammad Saw, dan kemudian membandingkannya dengan tokoh-tokoh pembaharu agung lainnya yang eksis sepanjang sejarah. Yang terakhir, mengenal tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan figur-figur dari agama-agama dan aliran pemikiran lainnya. Sebagai intelektual hari ini, kita harus mengenal dan mengetahui Islam sebagai pemikiran yang memberikan kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Dan kita harus memberikan pemikiran atau pandangan segar sesuai studi masing-masing.
Metode Fundamental dalam Mempelajari Islam
Ada dua metode fundamental dalam mempelajari Islam secara benar, secara tepat, dan sejalan dengan metodologi kontemporer. Pertama, kajian tentang Al-Qur’an dengan menganggapnya sebagai rangkuman gagasan-gagasan serta karya ilmiah dan sastra dari diri yang disebut Islam. Kedua, kajian terhadap sejarah Islam dengan menganggapnya sebagai rangkuman perkembangan-perkembangan yang dialami oleh Islam sejak awal misi Nabi Muhammad Saw hingga sekarang. Itulah dua metode dalam mempelajari Islam. Tetapi sayangnya, kajian tentang Al-Qur’an dan sejarah Islam masih lemah, karena kajian-kajian tersebut tidak ada dalam kumpulan-kumpulan khazanah pengetahuan Islami kita.
Baca juga : Resensi Buku Tobat (Dalam Buaian Ampunan Tuhan) – Ali Yahya
Manusia dan Islam
Persoalan manusia merupakan persoalan yang sangat pelik dari segala persoalan. Peradaban hari ini yang berdasarkan atas humanisme adalah kemulian manusia dan ibadah manusia. Dalam Islam, manusia sangatlah dimuliakan. Nabi Adam as. sebagai penggambaran penciptaan manusia secara filosofis, diciptakan dari lumpur dan roh Tuhan. Bahkan dijelaskan dalam Al-Qur’an malaikat pun bersujud kepada Adam, karena Adam mengetahui nama nama, termasuk nama-nama Tuhan.
Pandangan Dunia Tauhid
Tauhid dalam pengertian keesaan Tuhan tentu saja diterima oleh semua penganut monoteis. Namun pengertian Tauhid yang saya maksud adalah mengenai seluruh alam, bukan membaginya menjadi suatu kesatuan, seperti membaginya menjadi dunia dan akhirat, natural dan supranatural, substansi dan makna, serta roh dan tubuh. Tauhid bermakna seluruh eksistensi sebagai bentuk tunggal;, kehidupan tunggal dan organisme sadar yang memiliki kehendak, intelek, perasaan, dan tujuan. Dalam pandangan dunia Tauhid ini terbagi menjadi dua aspek relatif, yaitu yang ghaib dan yang nyata.
Antropologi: Penciptaan Manusia, Kontradiksi Tuhan dan Iblis, atau Roh dan Tanah
Kisah Adam dan penciptaannya dalam Al-Qur’an merupakan ungkapan humanisme yang sangat mendalam dan maju. Yang tercipta dari gabungan tanah liat dan roh Tuhan. Gabungan yang berlawan, kontradiktif-Tuhan dan Iblis, atau roh dan tanah liat-menyangkut manusia menjadikan sebuah realitas dialektika. Yang membuat di dalam diri manusia terjadi pertentangan kebaikan dan keburukan.
Baca juga : Resensi Buku Ushul Fiqh dan Fiqh – Murtadha Muthahhari
Filsafat Sejarah: Qabil dan Habil
Sumber konflik diantara Qabil dan Habil tergambarkan sebagai berikut. Qabil lebih menyukai saudara perempuannya yang telah menjadi calon istri Habil. Qabil sangat bersikeras ingin memilikinya. Sampai ia pun memutuskan untuk membunuh saudaranya sendiri demi nafsu ingin memilikinya. Disinilah awal terbentuknya dua kutub kebaikan dan keburukan, orang yang menjalani hidup dengan cinta dan menjalani hidup dengan nafsu. Di sinilah mulai terbentuk aliran materialisme dan idealisme.
Dialektika dan Sosiologi
Sosiologi juga dibangun di atas dialektika. Seperti sejarah, masyarakat terdiri dari dua kutub, yaitu kutub Habil dan kutub Qabil. Karena sejarah secara sederhana adalah gerakan masyarakat sepanjang yang dilintasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, dalam urusan-urusan masyarakat, semuanya berkenaan dengan sistem sosial, tetapi tidak dalam persoalan-persoalan keyakinan, dalam artian semua konten agama milik manusia. Ia bukan monopoli yang dimiliki oleh lembaga tertentu atau manusia tertentu.
Ummah sebagai Masyarakat Ideal
Masyarakat ideal Islam dinamakan ummah. Dikatakan masyarakat Islam yang ideal karena individu di dalamnya memiliki keimanan dan tujuan bersama. Islam yang memilih kata ummah telah menjadikan tanggung jawab intelektual dan berbagi gerakan menuju tujuan bersama yang merupakan dasar dari filsafat sosialnya. Adapun infrastruktur dari ummah adalah ekonomi, karena siapapun yang tidak memiliki kehidupan dunia, dia tidak memiliki kehidupan spiritual.
Penutup; Manusia Ideal – Wakil Tuhan
Manusia ideal adalah manusia teomorfis (berketuhanan) yang didalamnya roh Tuhan yang telah menempati wujudnya yang berkaitan dengan iblis, tanah, dan endapan. Manusia telah dibebaskan dari kebimbangan dan kontradiksi di antara dua kutub yang tidak terhingga. Menjadi manusia yang pemikiran filosofisnya tidak menjadikannya kurang peduli terhadap nasib umat manusia. Keterlibatannya pada politik tidak untuk menghasut rakyat atau mencari popularitas semata, melainkan amanat dari Tuhan, sebagai khalifah atau wakil Tuhan dalam menjaga keteraturan bumi dan segala isinya
Baca juga : Resensi Buku Ideologi Kaum Intelektual – Ali Syariati