Judul : Satanic Finance
Penulis : A. Riawan Amin
Penerbit : Calestial Publshing, 2008
Halaman : 150
Buku yang berjudul “Satanic Finance” karya A. Riawan Amin ini sangat menarik untuk dibaca. Buku yang akan penulis resensi kali ini akan mengantarkan bagi para pembaca untuk mengenal apa yang menjadi permasalahan utama mengapa ekonomi di Indonesia mengalami penurunan dan utang negara semakin bertambah. Dalam buku inilah para pembaca bisa mengetahui seluk beluk mengapa kesenjangan dan krisis ekonomi di Indonesia selalu datang bertubi-tubi dan sangat memprihatinkan.
Tidakkah kita merasa heran atau adakah dalang dibalik semua ini? Atau apakah ini hanya sebuah kebetulan saja? Dan ternyata di dalam penjelasan buku ini semua krisis ekonomi yang terjadi di dunia akibat dari kreasi para setan dan manusia-manusia yang menjadi agen binaannya. Melalui “Tiga Pilar Setan”, yaitu fiat Money, fractional reserve requirement, dan interest .
Ketiga pilar inilah yang menjadi tonggak kemenangan para agen. Konon, pada zaman nenek moyang kita yang masih menggunakan sistem barter dan hidup berdampingan saling bahu-membahu, bersosialisasi, dan sumber daya alam seperti emas, dan logam di Indonesia masih milik negara kita dan tidak dikuasai oleh orang asing. Tetapi itu tidak bertahan lama ketika datang segerombolan orang asing yang istimewa datang ke Indonesia dengan mengenalkan mesin pencetak uang kertas yang di mana lebih efektif kegunaannya dan praktis dibandingkan menggunakan sistem barter atau dengan menggunakan emas. Dengan rayuan kepada pemimpinnya bahwa ketika uang kertas digunakan, wajah sang pemimpin akan terpampang dalam lembaran uang kertas, dan tertariklah sang pemimpin ini.
Baca juga : Resensi Buku Kejahatan Siber – Maskun
Lambat laun termakan rayuanlah sang pemimpin ini dan dibuatlah sebuah institusi bernama bank yang akan menyimpan deposit koin emas para rakyat-rakyat yang ada di Indonesia saat itu. Kemudian ditukarkan dengan uang kertas yang katanya efektif dan praktis. Ketika uang kertas yang mereka tukarkan dengan koin emas tadi habis, datanglah rakyat ini kepada para agen tadi, mengatakan bahwa kami butuh uang kertas lagi. Di sinilah para agen beraksi dengan memberikan warga uang, tetapi dengan syarat harus membayar denda di setiap pengambilan uang. Di sinilah tonggak mulainya uang kertas dan sampai sekarang masih digunakan yang jika dipikirkan dengan akal sehat alat pembayaran berupa kertas bisa membeli pesawat dan barang lain-lainnya dibandingkan dengan emas sungguh tidak logis kertas dibandingkan dengan emas. Ini juga berlaku di negara-negara lain selain Indonesia yang terlena dengan godaan para agen asing penyembah setan.
Dalam buku ini menjelaskan bagaimana strategi para pemuja setan yang ingin menguasai semua lini, tidak hanya dalam pemerintahan, dalam karya tulis, musik, dan bahkan ekonomi, itulah tujuan mereka untuk merekrut sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi pemuja setan laknatullah. Penetrasi melalui ekonomi, merekayasa keuangan, inilah salah satu prestasi terbesar mereka di bidang ekonomi, salah satu contohnya adalah tragedi ekonomi yang menyapu hampir semua kawasan Asia Tenggara pertengahan 1997 lalu.
Baca juga : Resensi Buku Kuasa Uang – Burhanuddin Muhtadi
Inilah yang terjadi dengan Indonesia sekarang, yang katanya pada masa Soeharto menjabat pembangunan di mana-mana. Ini termasuk kelihaian seorang agen dari pemuja setan yang berhasil menggoda pemimpin-pemimpin. Dan dibalik itu semua berlakulah bunga yang kemudian konsekuensi dari bunga tersebut, antara lain; pertama, bunga akan terus menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, meskipun kondisi ekonomi aktual sudah mencapai titik jenuh atau konstan. Kedua, bunga mendorong persaingan di antara para pemain dalam sebuah ekonomi. Dan ketiga, bunga cenderung memposisikan kesejahteraan pada segelintir minoritas dan memajaki kaum mayoritas.
Solusi yang diberikan oleh buku Satanic Finance yaitu kembali ke emas dan perak . Yang dilakukan semasa Rasulullah Saw; emas layak untuk dijadikan mata uang, salah satu jawaban yang pasti emas dan perak sangat stabil. Berbeda dengan fiat money yang cenderung mengalami inflasi setiap saat, emas dan perak sangat kuat sehingga hampir tidak terkena inflasi. Itulah kenapa meskipun penggunaan emas sebagai alat transaksi dalam dunia modern telah dihentikan oleh pemerintah AS pada tahun 1934, namun masyarakat dunia tetap menggandrungi emas sebagai alat investasi. Alasannya menyimpan kekayaan dalam emas tetap stabil dibandingkan dengan dolar, bahkan bisa mendatangkan keuntungan berlipat di saat dolar AS mengalami depresiasi terhadap mata uang asing atau mengalami inflasi di dalam negeri.
Baca juga : Resensi Buku Matinya Demokrasi dan Kuasa Teknologi – Jamie Bartlett