Judul : Kiat Memilih Jodoh
Penulis : Ibrahim Amini
Penerbit : Jakarta Lentera Basritama 2000
Halaman : 212
Pernikahan merupakan dambaan semua insan pria dan wanita, tetapi pernikahan bukanlah perlombaan, atau ajang unjuk kekerenan. Melainkan proses mencari pasangan hidup yang akan menemani setiap saat hingga tua nanti.
Pernikahan merupakan ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. yang dalam salah satu hadits Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa menikah, ia telah melindungi setengah dari agamanya” di lain hadits juga disebutkan “Barangsiapa ingin bertemu Allah dalam keadaan suci dan disucikan, hendaklah ia menemui-Nya dengan istrinya”
Pernikahan juga mempunyai manfaat yang mana salah satu peran dalam pernikahan yang dibahas dalam buku Etika Seksual Antara Islam dan Barat karya Murtadha Muthahhari ialah umat muslim terhindar dari seks bebas, menyalurkan seks layaknya binatang. Sehingga hubungan seksual halal untuk dilakukan ketika telah terjadi pernikahan. (Hal 24)
Baca juga : Resensi Buku Penyimpangan Seksual yang Dilarang Al-Qur’an – Didi Junaedi
Menurut para ilmuwan, penyaluran gairah seksual secara benar, tepat waktu, dan pengeluaran sperma yang seimbang merupakan faktor penting bagi kesehatan jasmani dan rohani. Bila hal itu diabaikan, bukan tak mungkin akan mengakibatkan penyakit-penyakit psikologis dan spiritual, dan kadang-kadang juga jasmani. Sehingga jika tidak tersalurkan dengan benar akan menimbulkan beberapa penyakit, seperti lemah syaraf dan kegoncangan jiwa, kesedihan, keputusasaan, kemalasan, kelesuan, sawan, lekas marah, pesimistis, dan pengisolasian diri, dan masih banyak lagi manfaat buruk yang akan didapati.
Apakah Menikah Mudah untuk Dilakukan?
Permasalahan ini dibahas dalam buku yang kita resensi kali ini, yang mana tantangan pasangan muda-mudi sekarang adalah ketidakmampuan untuk menikah, padahal umur bisa dikatakan sudah semestinya untuk menikah.
Dalam buku ini dijelaskan saat yang paling baik menikah adalah pada usia baligh. Seorang anak laki-laki dianggap baligh pada usia 16 tahun, sedang seorang anak perempuan pada usia 10 tahun. Pada saat itulah mereka sah untuk menikah. Namun pernikahan yang terbaik adalah pada usia 17 atau 18 tahun bagi pemuda, dan 14 atau 15 tahun bagi pemudi. Sebab, pada awal usia baligh, mereka belum memiliki kematangan yang cukup. Bila pernikahan dilakukan pada usia terlalu dini, sangat mungkin mereka dilanda konflik.
Kembali kepada pertanyaan apakah menikah mudah untuk dilakukan? Di kondisi masyarakat sekarang sudah sangat jamak kita temui pemuda dan pemudi yang bahkan umurnya sudah melebihi usia sah untuk menikah tetapi tak kunjung menikah.
Baca juga : Resensi Buku Filsafat Perempuan dalam Islam – Murtadha Muthahhari
Banyak hal yang menjadi faktor mengapa itu bisa terjadi . Salah satunya adalah faktor ekonomi, (dikarenakan si jejaka kurang mampu dalam segi ekonomi sehingga menundanya ketika sudah merdeka secara ekonomi), Faktor Mahar yang begitu tinggi yang kadang memberatkan pihak laki-laki, Faktor ini biasa terjadi dikarenakan gengsi yang dikedepankan meskipun tak semua mempunyai alasan seperti itu, melanjutkan studi mungkin menjadi alasan yang paling banyak sehingga tertundanya menikah.
Atau bahkan ada yang menikah muda tetapi masa perkawinannya tidak bertahan lama dan kemudian cerai. Salah satunya terjadi artis tanah air yang lagi viral di media sosial saat ini yang menikah tetapi umur pernikahannya tidak begitu lama bahkan tidak mencukupi satu bulan. Apa penyebab terjadinya hal seperti itu?
Banyak jawaban bisa dikemukakan jika kita menjawab pertanyaan ini, bisa jadi hanya hanya karena banyak dari temannya yang menikah sehingga ia pun dengan menggebu-gebu ingin menikah juga, sehingga tujuan pernikahannya hanya sekedar ikut-ikutan atau karena lagi tren. Atau bisa juga hanya karena nafsu semata. Memaksakan kehendak untuk menikah dengan perempuan yang cantik atau lelaki yang tampan tanpa memperdulikan aspek-aspek lainnya.
Yang bisa kita tarik kesimpulan dari permasalahan perceraian ialah, kita tidak begitu mengenal sosok siapa yang akan menjadi suami atau istri kita. Hanya karena tren atau hanya memperdulikan penampilan aspek-aspek fundamental lainnya jadi terlupakan. Ini bisa menjadi penyebab terjadinya keretakan dalam rumah tangga yang berujung pada perceraian.
Untuk itu mari kita berpikir sejenak, menetapkan standarisasi yang ketat kepada calon istri atau calon suami kita, sehingga terhindar dari retaknya suatu hubungan dalam pernikahan nantinya. Tujuan dari menerapkan standarisasi atau tipe ideal kita dalam mencari pasangan adalah, kita bisa menentukan apakah kita satu visi dengan calon kita nantinya, apakah tujuan hidup kita selaras atau paling tidak dia mengerti dan mampu berdamai dengan tujuan hidup kita. Kemudian tujuan dari menetapkan tipe ideal terhadap calon pasangan baik itu calon istri atau calon suami kita bisa setidaknya menerawang ke depan bagaimana nanti ia akan mendidik anak terkhusus calon istri karena ia adalah madrasah pertama dalam keluarga bagi si anak.
Menentukan Tipe Ideal Pasangan
Untuk itulah mari kita masuk dalam inti pembahasan bagaimana caranya menentukan pasangan ideal melalui pendekatan 5 aspek yang selalu diulang-ulang diresensi dalam setiap pembahasannya yaitu aspek spiritual, aspek intelektual, aspek
- Aspek Spiritual. Hendaknya dalam mencari pasangan sangat penting untuk melihat dari aspek spiritualnya. Melihat apakah calon pasangan itu seagama dengan Anda, bagaimana cara dia melakukan kegiatan ibadah setiap harinya. Apakah dia senantiasa menjaga shalat fardhunya? Apakah ia selalu atau paling tidak terbiasa melaksanakan ibadah yang sunnah? Semua aspek mengenai tentang spiritual akan sangat penting untuk menentukan keharmonisan dalam rumah tangga nantinya.
- Aspek Intelektual. Pada aspek ini hendaklah mencari pasangan yang pandai apalagi ketika sudah memiliki anak nantinya. Karena madrasah pertama bagi si anak adalah orang tuanya terkhusus ibunya. Tak banyak pula terjadi ketika pasangan suami istri telah mempunyai anak menelantarkan anaknya dalam hal pendidikan. Misalnya dengan menyuruh anak untuk belajar tetapi orang tuanya menyuruhnya dalam keadaan malas-malasan atau malah bermain hp. Sehingga kedepannya anak akan bergaul dengan orang-orang yang sekiranya dapat menggiring dia dalam hal keburukan
- Aspek Sosial. Pada aspek sosial hendaknya meneliti sang calon mulai dari lingkaran pertemanannya dan bahkan ruang lingkup keluarganya sendiri. Karena buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Apakah sang calon dari keluarga yang mengedepankan nilai-nilai islam yang tentunya berakhlak yang baik. Penting untuk meneliti aspek sosial ini dikarenakan ada sebagian permasalah kecil tetapi menjadi besar dikarenakan ada campur tangan keluarga luar.
- Aspek Finansial. Patut untuk melihat pada aspek ini, tetapi ironisnya aspek ini menjadi aspek yang sangat fundamen untuk diterimanya pinangan seorang laki. Dan bahkan mengalahkan aspek-aspek lainnya. Dan bahkan ada anggapan “akhlaknya baik, tapi sayang dia tidak berkecukupan”. Meskipun alasan ekonomi menjadi penting karena kehidupan setelah pernikahan akan membutuhkan biaya yang mana membutuhkan ekonomi yang mencukupi setidaknya sejahtera.
- Aspek Fisikal. Aspek ini biasanya menjadi tolok ukur awal dijadikan judgment kepada para lelaki yang mencoba meminang sang kekasih. Ketika tampilannya tidak karuan sudah pasti pinangannya akan ditolak. Pada aspek ini pula kita lebih baiknya mencari pasangan yang setidaknya nyaman untuk dipandang setiap hari. Tetapi sekali lagi. Aspek ini hanyalah tambahan. Bukan alasan yang fundamental harus menjadi patokan diantara aspek lainnya
Perspektif Jaritelunjuk
Mengutip sabda Rasulullah Saw, Beliau bersabda: Barangsiapa mengawini seorang wanita karena hartanya, niscaya Allah akan memberinya harta itu; barangsiapa mengawini karena kecantikannya, niscaya ia akan melihat padanya sesuatu yang dibencinya; barangsiapa mengawini karena agamanya, niscaya Allah akan menghimpun semua itu padanya. Itu artinya penting sekali untuk mengedepankan aspek spiritual pada calong pasangan.
Baca juga : Resensi Buku Isti’adzah – Abdul Husein Dasteghib
Bagaimana jika sudah terlanjur menikah dengan orang yang memiliki tabiat yang tidak baik misalnya? Jawabannya adalah sama seperti pertanyaan apa yang membuat orang jatuh cinta setiap hari dengan orang yang sama hingga mati? Ialah dengan sabar dan ikhlas