Non Fiksi, Resensi, Review

Review Buku ‘Insecurity’ is My Middle Name

Buku “Insecurity is my middle name” merupakan buku karangan Alvi Syahrin seorang penulis terkenal yang sangat direkomendasikan untuk kalian baca. Buku ini...

Written by Mira Permata · 3 min read >
Judul 		: Insecurity is my middle name
Penulis		: Alvi Syahrin
Penerbit	: Alvi Ardhi Publishing
Tahun Terbit	: 2022
Rating Buku	: 5.0/5.0
Jumlah halaman	: 264

Buku “Insecurity is my middle name” merupakan buku karangan Alvi Syahrin seorang penulis terkenal yang sangat direkomendasikan untuk kalian baca. Buku ini termasuk ke dalam tipe buku self improvement, sehingga sangat sesuai untuk kalian yang sedang ingin meningkatkan skill pengembangan diri. Buku ini berisikan beberapa hal yang membuat diri sendiri merasa insecure terhadap orang lain. Dalam buku ini, terdapat berbagai macam solusi untuk menghadapi insecurity yang seringkali hadir menemui kehidupan kita. Buku ini memuat 45 bab yang siap menantimu untuk membantu menyembuhkan rasa insecure itu. Mulai  dari insecure fisik yang kurang menarik, yang umumnya sering kita rasakan di setiap harinya. Bab ini berisi tentang bagaimana cara kita agar tetap memiliki rasa percaya diri. Usaha-usaha yang seharusnya kita lakukan untuk lebih dapat mencintai diri sendiri tanpa membutuhkan validasi dari orang lain. Bab ini mengajarkan kepada kita arti cantik yang sebenernya. Cantik bukan bersumber dari society yang harus terus-menerus kita turuti, melainkan cantik dalam artian kita mampu menerima apa adanya diri.

Baca juga : Resensi ‘How To Respect to My Self’ sebuah Seni Menghargai Diri Sendiri

Insecurity II, berisikan rasa insecure yang menghantui kita akan masa depan yang buram. Tentang bagaimana jika kita tidak memiliki keahlian apapun. Melihat progres orang lain yang semakin pesat maju, sedangkan kita berada di titik stuck. Kebingungan kita terhadap skill yang kita miliki yang hingga kini belum ditemukan. Selain itu, di bab ini membahas mengenai kebingungan kita untuk memulai mencoba menemukan passion diri. Namun, di balik insecurity ke II ini, terdapat beberapa solusi yang bisa kita coba terapkan. Prinsipnya ialah kita harus berani mencoba. Mencoba segala hal yang belum kita pelajari, pelajari hingga kita merasa capek, dengan demikian kita udah memulai progres dalam menemukan passion diri. Insecure dengan kondisi pengangguran yang sedang melanda. Tapi, ingatlah hal penting ini bahwasanya masa penganagguran jangan menganggap fase ini merupakan fase yang suram. Ubah mindset kita, manfaatkan masa pengangguran tersebut menjadi sebuah fase emas untuk perjalanan hidup ini. Selain mencoba berdoa dan berusaha untuk menemukan lowongan kerja yang cocok, kita juga bisa menggunakan waktu luang tersebut untuk mengasah skill-skill yang bisa kita asah. Dengan begitu, masa pengangguran tersebut tentunya tidak sia-sia. Melainkan, menjadikan diri kita siap untuk menyambut pekerjaan yang akan kita dapat tentunya.

Insecuruty III berisikan rasa insecurity kita saat merasa jauh tertinggal dari teman-teman. Melihat teman kita yang semakin berkembang dalam masa kejayaannya.  Progres teman-teman yang melesat dibandingkan diri kita. Membuat rasa insecure kembali menghantui di setiap malamnya. Pencapaian yang telah digapai teman kita, membuat kita seolah merasa diri kita belum bisa melakukan hal apapun. Terlebih dengan teman dekat kita dengan penampilan eloknya, dengan pemikiran yang maju, dan jauh lebih pintar, membuat kita merasa terus terdorong arus ke belakang. Beberapa dari teman kita juga sudah melanjutkan hidupnya dengan melanjutkan di PTN ternama. Senyum bangga dengan penuh kebanggan masa jaya teman-temanmu sudah dicapainya, sedangkan kita belum merasakannya. Rasa iri yang terus-menerus mengunjungi diri atas pencapaian teman-teman, semakin membuat insecurity diri ini semakin menjadi-jadi. Selain itu pula, ada teman kita dengan usia sebaya dengan kita telah menjadi seorang CEO sukses di perusahaan ternama semakin melebarkan sayap kegagahannya. Namun, dalam buku ini tentunya memiliki solusi atas insecurity yang kian hadir di tengah keseharian kita.

Baca juga : 10 Rekomendasi Buku Non Fiksi Terbaik Sebagai Alternatif Bacaan

Insecurity IV berisikan tentang diri kita yang merasa tidak ada yang bisa dibanggakan. Progres diri yang masi belum konsisten dan hanya dapat meilhat progres orang lain yang semakin berkembang. Adakah orang yang mau bangga terhadap progres kecil yang kita lakukan ini? Tapi bila, kita fikirkan ulang apabila hari ini hari terakhir kita. Apakah kita tetap akan merasakan rasa ketertinggalan pencapaian kita, apakah kita tetap memikirkan bagaimana cara kita untuk terlihat good looking oleh orang lain, atau memikirkan saat umur kita sudah matang namun belum juga menikah? Tentunya, hal-hal tersebut tidak ada gunanya lagi, bukan? Dalam kondisi kerongkongan kita yang mulai tersengal, saat ajal akan menjemput. Jelasnya, kita lebih memikirkan apakah diri ini pantas untuk mendapatkan surga-Nya. Namun, disisi lain kita juga takut akan menerima siksa neraka kelak. Sungguh, hal tersebut jauh lebih penting untuk difikirkan dalam keseharian kita. Memperbanyak ibadah kepada-Nya untuk mengantarkan kita kepada jannah-Nya.

Insecurity V berisikan bagaimana cara kita untuk berdamai dengan rasa insecurity yang kita punya. Rasa insecure yang tidak akan ada habisnya. Rasa insecure yang mulai membuat kita muak, dikarenakan terlalu sering menemui kita di setiap malamnya. Namun, disini kita dapat mengambil beberapa poin penting untuk menerapkannya dalam hidup. Insecurity merupakan hal yang pada dasarnya sudah melekat pada kita dan tak akan sepenuhnya hilang begitu saja. Rasa insecure, saat kita sudah sembuh dari rasa insecure itu adakalanya akan menemui kita lagi saat kita merasa down dalam menjalani hari. Sudut pandang lainnya, insecure merupakan salah satu hal yang kita butuhkan tentunya. Kita butuh rasa insecure itu, untuk kita dapat lebih membenahi diri. Lebih mengajarkan kita, saat kita merasa susah dan bagaimana tentang cara mengatasinya. Insecurity membuat kita jauh lebih mengerti arti dari sebuah proses menuju kedewasaan yang sebenarnya.

Baca juga : Resensi Buku Filosofi Teras – Henry Manampiring 

Buku ini ditulis menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini, sangat cocok untuk kalian yang seringkali dihantui rasa insecure-insecure yang bermunculan. Buku ini, sangat direkomendasikan untuk kalian baca, tentunya. Dengan kalimat-kalimat sederhana yang memiliki makna. Sangat jauh kita butuhkan saat ini. Buku ini siap menemani kalian saat rasa insecuritymu kembali datang, saat kita telah berusaha menyembuhkannya. Kita dapat menghadapi rasa insecurity itu dan percayalah bahwa kamu lebih dari apa yang kamu bayangkan sebelumnya.

Written by Mira Permata
Penulis merupakan mahasiswa memasuki semester 6 di salah-satu PTN di Jawa Tengah. Memilki hobi membaca buku, salah satu penulis favoritnya ialah ntsana dan Alvi Syahrin seorang penulis ternama saat ini. Dengan hobiku, diriku sedang mencoba mengulik hobi dan menyalurkannya untuk menjadi seorang blogger, maupun menjadi seorang reviewer. Profile

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *