Non Fiksi, Resensi, Review

Resensi ‘How To Respect to My Self’ sebuah Seni Menghargai Diri Sendiri

Epilog yang diberi judul ‘Kau Adalah Raja Hutan’ yang menjadi closing buku bergenre non fiksi ini, terasa berhasil mampu membangkitkan rasa percaya...

Written by Rye Ayu Cendani · 3 min read >
Judul 		: How to Respect to My Self
Penulis		: Yoon Hong Hyun
Penerbit	: Transmedia Pustaka
Tahun Terbit	: Cetakan Keduapuluh, 2023
Halaman         : 356
Rating Buku	: 5.0/5.0

Seorang dokter kejiwaan asal Korea Selatan bernama Yoon Hong Hyun memutuskan untuk menulis buku tentang masalah yang sering dialami oleh pasiennya terkait krisis harga diri. Berangkat pada permasalahan dimana harga diri seseorang kapan pun bisa saja turun, begitupun juga bisa dialami oleh siapa saja baik dalam lingkup hidup keluarga maupun pertemanan, serta kebutuhan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat dengan jauh lebih bermakna dan efektif disebarluaskan, maka hal itu semakin menguatkan Yoon Hong Hyun untuk menyelesaikan bukunya yang diberi judul How To Respect My Self.

Yoon Hong Hyun berhasil menyajikan potongan-potongan bagian penting secara lugas yang diperlukan pembacanya untuk membangkitkan kembali harga diri. Mulai dari menemukan ruang pemahaman mendasar mengapa harga diri itu penting bagi kehidupan, bagaimana rendahnya harga diri yang tumbuh diantara masalah hubungan interpersonal, sampai mengenali emosi terkait dan bagaimana langkah kongkret untuk menegakkan harga diri tersebut.

Baca juga : Resensi Buku Berani Tidak Disukai – Ichiro Kisimi & Fumitake Koga 

Dari buku ini pembaca akan diajak melihat perspektif hidup yang berbeda perihal penilaian sosial yang sebetulnya sukar untuk dicari cara mendapatkan pengakuannya. Seringkali kita terlalu fokus menghabiskan energy pada seberapa besar hasrat kita untuk diakui. Padahal sesungguhnya tidak ada sistem penilaian mutlak yang mampu menilai siapa diri kita. Diantara berbagai ragam peran kehidupan pun bisa saja harga diri kita rendah di suatu tempat dan bisa juga tinggi di tempat yang lain. Dengan perspektif tersebut, sebagai pembaca kita menjadi sadar bahwa kita selamanya tidak mampu memuaskan semua orang di setiap peran. Oleh sebab itu, ketimbang fokus pada penilaian orang lain, alangkah lebih baiknya kita alihkan fokus saja pada proses membangun identitas dan peran diri yang menjadikan kita sebagai orang berguna di dalamnya. 

Yoon Hong Hyun juga menjelaskan bagaimana perasaan seseorang dapat menghambat harga diri. Ia menyakini bahwa semakin kita tidak bisa mengontrol perasaan sesuai maksud kita maka unsur pembentuk harga diri yang positif bernama kontrol diri pun akan menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan kita untuk mengontrol emosi diri. 

Namun, kenyataannya diantara kita masih ada orang yang sama sekali tidak bisa mengontrol emosinya. Semisal pada orang yang masih menyimpan luka masa lalu atau bahkan denial terhadap emosinya akan lebih reaktif dalam menampilkan emosi yang tidak terkontrol. Ketidakmampuan dalam memilah perasaan antara masa lalu, masa ini, dan masa depan membuat orang itu sukar dalam mengenali penyebab masalah rendahnya harga diri yang dimiliki. 

Dalam hal ini, Yoon Hong Hyun membagikan pengalamannya dalam menenangkan emosi melalui terapi perilaku kognitif (CBT-Cognitive Behavioral Therapy). Terapi tersebut berupa pengklasifikasian yang mengurai empat hal; peristiwa, pikiran, perasaan, dan tindakan yang kemudian ditambahkan sendiri oleh Yoon Hong Hyun satu klasifikasi lagi yaitu reaksi tubuh. Ketika kita berhasil mengklasifikasi artinya kita sudah berhasil menggantikan emosi dengan ranah berpikir rasional. Sehingga, secara natural kita bisa memahami permasalahan dan mencari solusinya.

Baca juga : 10 Rekomendasi Buku Psikologi Terbaik yang Wajib Dibaca!

Narasi informasi dalam buku ini yang terus berkembang mengantarkan juga kepada pembacanya tentang bagaimana menaikkan harga diri melalui panggilan hati untuk mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri yang dimaksudkan oleh Yoon Hong Hyun adalah dengan cara kita bisa bertekad untuk menyayangi diri sendiri mulai hari ini. Mencintai setiap sifat, tingkah laku, maupun kebiasaan kecil kita untuk seterusnya.

Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa orang-orang yang sudah terlalu lama rendah diri terbiasa dan nyaman dalam membenci atau menekan dirinya sendiri. Oleh karena itu, biasanya ada penggejolakkan yang terus bersinggungan dalam pikiran kita. 

Baca juga : Resensi Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat – Mark Manson

Menurut Yoon Hong Hyun, kita memiliki tiga sosok ‘aku’ di dalam pikiran. ‘Aku yang rendah diri’, ‘Aku yang menekan’, dan ‘Aku yang mencintai’. ‘Aku yang rendah diri’ dan ‘Aku yang menekan’ selama ini lah yang selalu berkelahi. Jika selama perkelahian keduanya terus berulang, ‘Aku yang mencintai’ semakin kehilangan tempat untuk berdiri. Kalau ‘Aku yang mencintai’ ini menghilang, maka kita tidak bisa mencintai diri sendiri. Kemudian, Yoon Hong Hyun pun merekomendasikan teknik ‘kursi kupu-kupu’ sebagai gerakan yang dapat merangsang dua sisi untuk meningkatkan harga diri. Teknik tersebut berguna untuk memadukan rangsangan dua sisi dengan pesan dari ‘Aku yang mencintai’.

Yoon Hong Hyun juga mengingatkan sebuah pesan yang hangat pada pembacanya melalui epilog dalam buku ini. Epilog yang diberi judul ‘Kau Adalah Raja Hutan’ yang menjadi closing buku bergenre non fiksi ini, terasa berhasil mampu membangkitkan rasa percaya diri sekaligus pengingat bagi para pembacanya. Bagaimana tidak? Sebuah kisah yang dibicarakan dalam buku ini tentang singa yang kita ketahui sebagai raja hutan ternyata tetap memiliki kesulitan bertahan hidup. Yoon Hong Hyun menganggap kita yang bertahan hidup saat ini seperti singa yang lelah di hutan bernama dunia. Adakalanya hidup terasa memang demikian. Kita merasa sedang menjalani hidup yang menyedihkan. Kita ingin berada di pusat dunia, tapi ternyata dunia justru menjadi ancaman bagi kita sendiri. Meskipun begitu, kita masih tetap punya kesempatan menjadi raja yang lebih keren dan hebat daripada singa. Ingatlah orang yang mengetahui dengan baik nilai sosial dirinya tidak mencari identitasnya hanya dari satu hal. Kita tidak hanya menjalani peran anak untuk orangtua, tapi juga bisa berperan sebagai karyawan untuk perusahaan, atau sebagai teman, anggota masyarakat, dan lain-lainnya. Namun, yeng jelas kita adalah sosok yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun bagi keluarga kita.

Secara keseluruhan, buku ini dapat membuat pembaca tidak lagi memiliki kebimbangan dalam memutuskan segala hal dan terpengaruh pendapat atau penilaian orang lain. Jika kamu merasa mengalami kesulitan dalam menghargai diri sendiri, terutama masih terjebak pada pemikiran butuh penilaian untuk diakui, yang ternyata hal itu justru membuatmu semakin jauh memahami diri sendiri, maka membaca buku ini adalah pilihan yang sangat tepat.

Written by Rye Ayu Cendani
Rye Ayu Cendani, Lahir di Lubuklinggau, 04 September 1999. Ia merupakan alumni lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Sriwijaya. Aktif membagikan konten mengenai dunia membacanya di Media Sosial Instagram. Temui lebih dekat dengannya di akun instagram @racendani Profile

One Reply to “Resensi ‘How To Respect to My Self’ sebuah Seni Menghargai Diri Sendiri”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *