Non Fiksi, Resensi

Resensi Buku Tobat (Dalam Buaian Ampunan Tuhan) – Ali Yahya

Tobat adalah karunia yang harus disyukuri dan disegerakan. Tidak mensyukuri karunia menyebabkan lenyapnya karunia dan hilangnya perasaan bersalah dan tobat dalam hidup...

Written by Jari Telunjuk · 5 min read >
Tobat
Judul 		: Tobat (Dalam Buaian Ampunan Tuhan) 
Penulis		: Ali Yahya
Penerbit	: Penerbit Citra
Halaman		: 332

Buku ini merupakan terjemahan dari karya Allamah Husain Ansariyan yang berjudul Repentance: The Cradle of Mercy, yang oleh Ali Yahya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tobat: Dalam Buaian Ampunan Tuhan. Diterbitkan di Indonesia pada tahun 2012 oleh Penerbit Citra dengan jumlah halaman 332 yang tersebar ke dalam 6 bab. Buku ini mengupas mengenai hakikat tobat mulai dari cara melakukannya, kisah-kisah orang yang bertobat, hingga jalan kembali kepada Tuhan yang merupakan esensi dari tobat.

Karunia Tuhan dan Kewajiban Manusia

Sesungguhnya karunia yang datang dari Allah Swt teramat banyak. Hal itu termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al Kautsar, Ayat 1. Dan jalan memperoleh karunia begitu banyak, adapun yang utama adalah berkhidmat kepada Allah Swt dengan cara berkhidmat kepada makhluk-Nya, utamanya berkhidmat kepada orangtua. Bersyukur atas karunia termasuk pula jalan untuk mendatangkan karunia berikutnya. Bahwa bersyukur lebih mulia ketimbang obyek yang kita syukuri. Di sisi lain, terdapat peringatan bagi orang yang tak mensyukuri pemberian Tuhan. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim, Ayat 28-29 yang menjelaskan bahwa tempat kediaman orang yang tak mensyukuri karunia ialah neraka.

Orang-orang yang tak bersyukur layak mendiami neraka mengingat betapa banyaknya karunia Allah Swt yang tak terhitung jumlahnya. Karunia mata yang dapat menangkap jutaan warna. Karunia telinga, karunia udara, karunia air, karunia hati, karunia alam, hingga karunia iman yang dianugerahkan Allah Swt kepada makhluk-Nya. Sehingga mereka yang mensyukuri nikmat akan ditambahkan nikmat kepadanya, misalnya para Nabi, Imam, dan Ulama yang mengamalkan ilmunya. Sementara keburukan menyia-nyiakan karunia Allah Swt seperti kesombongan Iblis, Fir’aun, dan para pembangkang dan makhluk sombong lainnya.

Baca juga : Resensi Buku Ushul Fiqh dan Fiqh – Murtadha Muthahhari

Termasuk pula bagian dari tidak mensyukuri karunia Tuhan, jika kita kikir dalam menyebarkan karunia Allah Swt. Karena di dalam harta kita, terdapat hak-hak orang lain, utamanya fakir dan miskin. Ketidakbersyukuran beserta dengan kekikiran mengakibatkan lenyapnya karunia. Sementara itu, kesempurnaan karunia terletak pada nikmat iman dan Islam yang kita yakini dan amalkan. Dan pahala bagi mereka yang menyebarkan karunia tersebut tidak akan pernah sia-sia, melainkan mendapatkan karunia lanjutan, baik di dunia maupun di barzakh dan akhirat kelak.

Berdosa dan Cara Mengobatinya

Kunci kedamaian adalah menyadari bahwa karunia yang telah dianugerahkan Allah Swt ia pergunakan di jalan yang benar. Sementara rasa bersalah adalah indikator adanya penyakit hati yang mulai menyadari bahwa karunia yang telah dianugerahkan Allah Swt kepadanya malah ia pergunakan di jalan yang keliru. Pengabaian terhadap rasa bersalah tersebut kemudian makin lama akan mengeras menjadi kekufuran dan kekafiran.

Lenyapnya karunia karena tidak disyukuri kemudian memuncak kepada perasaan putus asa dan hilang harapan. Putus asa terhadap karunia Allah Swt di dunia dan hilang harapan terhadap karunia Allah Swt di akhirat kelak. Putus asa dan hilang harapan adalah termasuk dosa besar yang menyebabkan seseorang menjadi kafir di dunia dan mendiami neraka di akhirat. Rasa bersalah yang merupakan penyakit tersebut harus segera disembuhkan. Jika Allah Swt, Rasul, dan Imam adalah dokter bagi penyakit hati, maka tobat adalah obatnya. Seperti penyakit tubuh, penyakit hati juga harus segera dilakukan. Itulah mengapa bertobat adalah tugas mendesak. Bukan sekadar itu, bertobat juga termasuk bagian dari tanggung jawab dan kewajiban akhlaki.

Kembali Pada Allah

Tobat menjadi begitu penting bagi kita yang memiliki banyak dosa. Jika manusia suci seperti Nabi dan Imam saja sering bertobat dalam doa dan kesehariannya, lantas apa yang membuat manusia penuh dosa seperti kita tidak menyegerakan bertobat? Secara kosmologis, kita adalah pewaris tobat dari Nabi Adam as dan Hawa as sebagai ayah dan ibu umat manusia secara basyar.

Akibat buruk dari dosa begitu banyak, diantaranya jauhnya kita dari karunia, rezeki yang halal, pendek umur, hitamnya wajah, hingga bebalnya kita terhadap dosa yang kita lakukan, atau bahkan menyebarluaskan dan membanggakan dosa tersebut. Adapun tobat yang benar menurut Sayyidina ‘Ali bukan sebatas mengucap istigfhar. Melainkan menyesali dosa-dosa dengan sungguh-sungguh, tidak mengulangi dosa tersebut, memberikan hak orang lain yang kita ambil, mengganti kewajiban yang telah kita tinggalkan, menguruskan tubuh dari makanan yang tidak halal, serta bersusah payah dalam mencari rezeki yang halal. Jika keenam tahap tersebut sudah dilakukan, barulah istighfar kita layak diterima.

Baca juga : Resensi Buku Beragama dengan Akal Sehat – Agus Mustofa

Setiap dosa mempunyai pertobatan khusus. Dosa kepada Allah Swt ada caranya tersendiri, dosa kepada sesama manusia ada caranya tersendiri, dan dosa kepada alam semesta ada pula caranya tersendiri. Dosa bisa eksis disebabkan beberapa penggoda, yaitu setan, baik yang nampak (manusia) maupun yang tak nampak (jin), kecintaan terhadap dunia, dan penyakit atau malapetaka disebabkan tidak bersyukur pada karunia.

Terdapat beberapa sebab mengapa tobat seseorang tidak diterima. Yang pertama tentunya karena menunda-nunda tobat. Yang kedua karena ‘arab atau murtad dalam pertobatan, yaitu kembali melakukan dosa selepas ia bertobat. Menunda tobat (menyepelekan hukum Allah Swt) dan murtad selepas tobat adalah dosa besar yang pelakunya diganjar neraka. Sementara itu, manfaat tobat antara lain; menghilangkan dosa, menuai ampunan Allah Swt, keselamatan di akhirat, berhak masuk surga, kesucian rohani dan jasmani, keterjauhan dari perbuatan keji dan memalukan, turunnya hujan, keberlimpahan kekayaan dan anak-anak, kesuburan kebun-kebun dan aliran sungai-sungai, hilangnya kemandulan dan kemiskinan.

Kisah-Kisah Orang Bertobat

Ada banyak kisah teladan dan nyata berkenaan dengan orang-orang yang tobat. Tidak sedikit riwayat Al-Qur’an, hadits, maupun nasehat dari para ulama. Salah satu yang dikisahkan dalam Al-Qur’an adalah mengenai taubatnya Asiyah yang merupakan istri Fir’aun. Asiyah bertobat setelah menemukan hidayah melalui Nabi Musa as yang ia rawat dari kecil (QS. Tahrim: 11). Dalam Al-Qur’an juga dikisahkan mengenai taubatnya saudara Nabi Yusuf as dikarenakan dosanya telah membuang Nabi Yusuf as ke dalam sumur sehingga memisahkannya dengan ayahnya, yaitu Nabi Yaqub as (QS. Yusuf: 91).

Dalam hadits Rasullah Saw dikisahkan mengenai orang-orang yang tobat, salah satunya adalah kisah mengenai tobatnya seorang pencuri, yang mana pada suatu malam ia hendak mencuri pada rumah seorang gadis. Nafsunya menggodanya untuk mencuri dan memperkosa gadis tersebut. Dikarenakan segeranya ia sadar, maka ia mengurungkan niatnya untuk mencuri dan memperkosa gadis tersebut. Keesokan harinya, si gadis meminta nasehat kepada Rasulullah Saw mengenai peristiwa semalam dan meminta dicarikan jodoh untuk menemani hidupnya. Rasulullah Saw memilihkan suami pada gadis tersebut yaitu kepada pemuda yang bertobat sebelum melaksanakan niatnya semalam. Itulah karunia dari menyegerakan tobat.

Tidak ada alasan untuk menunda atau bahkan tidak bertobat. Bahkan seorang yang dosanya adalah mencuri kain kafan dan memperkosa mayat diterima oleh Allah Swt dan Rasulullah Saw, walaupun dengan jalan tobat yang berat. Dosa yang berat tentu memerlukan jalan tobat yang berat pula. Dan kisah tobat paling mengagumkan juga datang dari kisah tobatnya Al Hurr, yaitu seorang panglima perang yang menentang Imam Husain as di Karbala. Namun di saat perang berkecamuk, ia bertobat dan justru menjadi prajurit syahid yang berperang di bawah panji mulia Imam Husain as. Begitupun dengan taubatnya putra Harun Rasyid yang notabenenya anak raja, yang kemudian bertobat dan mengikuti jalan keluarga Rasulullah Saw yang selama ini ditindas oleh ayahnya.

Keberuntungan Berlimpah dari Kesalehan

Berdasarkan kecenderungan dan hasratnya, kebanyakan manusia berkubang dalam lumpur dosa. Itulah mengapa jihad akbar atau jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu. Menurut Murtadha Muthahhari dalam bukunya yang berjudul Manusia Seutuhnya cara memperbaiki diri dari dosa adalah menyesali segala dosa sembari memohon ampun atas dosa tersebut, tidak mengulangi dosa, dan mengganti perbuatan buruk menjadi perbuatan baik. Gunakanlah kesempatan kita yang tersisa untuk segera bertobat.

Keindahan Akhlak dan Penyucian Jiwa dari Keburukan

Orang-orang yang terbimbing dan beruntung adalah mereka senantiasa dan bersegera dalam bertobat. Adapun ciri-cirinya adalah ia yakin pada yang ghaib, yaitu kemahakuasaan Allah Swt, Kemuliaan Malaikat, Keadilan alam Barzakh dan hari kebangkitan, perhitungan, timbangan, surga dan neraka. Selain keyakinan pada yang ghaib, ciri-ciri orang yang terbimbing dan beruntung antara lain yaitu shalat secara khusyuk dan tepat waktu, berzakat dan bersedekah, berkhidmat kepada orang tua, kerabat, yatim piatu, dan fakir miskin.

Baca juga : Resensi Buku Isti’adzah – Abdul Husein Dasteghib

Ciri lainnya adalah ia senantiasa ramah dan santun dalam berbicara, tulus, ikhlas, sabar, kekayaannya halal, ia hidup dalam ketakwaan, kesalehan, kedermawanan, dan kebajikan. Ia juga cemburu pada istrinya, gemar dalam mengambil pelajaran dan ilmu, dan tentunya istiqamah dalam menegakkan keadilan.

Di sisi lain, terdapat kejahatan dan perbuatan buruk, diantaranya berdusta, menggunjing, mencela, sumpah palsu, mengikuti hawa nafsu, berlalu zalim, sering marah dan melakukan kekerasan, dengki, iri hati, benci, kikir, cinta dunia, khianat, gemar minuman keras, mengutuk, boros, penipu, riba, menyebabkan kebinasaan, serta sombong. Itulah akhlak buruk dan dosa besar yang menyebabkan dosa bertumpuk dan karunia untuk bertobat menjauh. Dalam buku 50 Dosa Besar yang ditulis oleh Dasheghib sudah dijabarkan mengenai dosa-dosa besar tersebut. Ringkasnya, tobat adalah obat bagi penyakit hati yang disebabkan oleh dosa yang bertampuk. Tobat adalah karunia yang harus disyukuri dan disegerakan. Tidak mensyukuri karunia menyebabkan lenyapnya karunia dan hilangnya perasaan bersalah dan tobat dalam hidup seorang manusia. Semoga Allah Swt menerima tobat kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin.

Written by Jari Telunjuk
Tukang jaga di jaritelunjuk Profile

One Reply to “Resensi Buku Tobat (Dalam Buaian Ampunan Tuhan) – Ali Yahya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *