Resensi

Resensi Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat – Mark Manson

Menurut Mark Manson, semakin kita berusaha untuk melupakan sesuatu, maka sesuatu tersebut semakin teringat jelas dalam pikiran kita. Jadi, sebaiknya jangan berusaha....

Written by Jari Telunjuk · 5 min read >
resensi buku, resensi buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat, buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat, buku mark manson, sebuah seni untuk bersikap bodo amat - mark manson
Judul 		: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis		: Mark Manson
Penerbit	: Grasindo
Halaman		: 247
Resentor	: Resensi Institut
resensi buku, resensi buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat, buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat, buku mark manson, sebuah seni untuk bersikap bodo amat - mark manson

Sebuah seni untuk bersikap bodo amat adalah buku pertama karangan Mark Manson. Buku yang mengambil subjudul pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik ini memanglah buku pertama Mark Manson, tetapi berisi pelajaran yang sangat luar biasa. Pada tahun 2018 kemarin, hingga Oktober buku ini telah dicetak sebanyak 11 kali. Buku yang diterbitkan oleh Grasindo ini terbagi atas 9 bab yang tersebar ke dalam 247 halaman.

Jangan Berusaha

Menurut Mark Manson, semakin kita berusaha untuk melupakan sesuatu, maka sesuatu tersebut semakin teringat jelas dalam pikiran kita. Jadi, sebaiknya jangan berusaha. Fokus saja untuk menyibukkan diri ke dalam hal-hal produktif. Sebagaimana atsar Sayyidina ‘Ali bahwa balas dendam terbaik adalah dengan menjadikan dirimu lebih baik. Peduli terhadap kecemasan, semakin membuat anda cemas. Itulah lingkaran setan. Peduli terhadap pengembangan diri akan membuat anda menjadi lebih berkembang. Sebuah seni untuk bersikap bodo amat, bukan berarti menjadi acuh tak acuh, tetapi nyaman saat menjadi berbeda. Dan untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama anda harus peduli terhadap sesuatu yang lebih penting dari kesulitan. Entah disadari atau tidak, kita selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan. Sayangnya, kapasitas kepedulian kita terbatas. Maka jangan peduli terhadap segala hal, pedulilah pada hal yang memang penting dengan hidup anda.

Kebahagiaan Itu Masalah

Kita terkadang membutuhkan si panda nyinyir atau seorang kritikus untuk menyadarkan kita agar keluar dari zona nyaman dan merasa hebat sendiri. Mark Manson memaparkan bahwa kebahagiaan berasal dari memecahkan masalah. Berhentilah menyangkal atau merasa menjadi korban. Jangan menilai emosi terlalu tinggi, dan mulailah memilih medan juang anda.

Kita harus mengubah paradigma dan definisi derita atau perjuanngan sebagai jalan menuju kebahagiaan. Shalat adalah jalan derita menuju kebahagiaan spiritual. Membaca adalah jalan derita menuju kebahagiaan intelektual. Silaturahmi adalah jalan derita menuju kebahagiaan sosial. Olahraga adalah jalan derita menuju kebahagiaan fisikal. Dan bekerja seara halal adalah jalan derita menuju kebahagiaan finansial. Selamat menderita dalam proses, dan bahagia dalam tujuan. Selamat berbahagia dalam penderitaan. Menurut Mark Manson, kegembiraannya justru terletak pada pendakian itu sendiri.

Anda Tidak Istimewa

Ketika kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan sanjungan tak tulus, maka kita akan menyeruput delusi bahwa kita ini hebat, kita ini istimewa. Bahwa tidak semestinya kita mendapat perlakuan tidak baik, bahwa tidak seharusnya kita menderita. Padahal, sebagian besar

manusia tidaklah istimewa. Kita hanya istimewa dari karya-karya yang berpengaruh memperbaiki hajat hidup orang banyak. Tanpa karya budaya tersebut, kita hanya sekadar manusia biasa saja.

Kalaupun kita istimewa, kita hanya dapat istimewa dalam satu bidang, dikarenakan keterbatasan bakat dan waktu. Dan keistimewaan kita akan tunduk pada seseorang yang lebih istimewa dibanding kita dalam satu bidang yang sama. Itulah tirani keistimewaan. Menjadi rata-rata dianggap sebagai standar baru kegagalan.

Nilai Penderitaan

Kesadaran diri bagaikan sesiung bawang. Semakin kita kupas, semakin membuat kita menangis. Bahwa sesungguhnya, secara sadar, kita memiliki banyak kelemahan dan sedikit saja keunggulan. Walaupun tampakan luar, kita sering mengklaim sebaliknya, banyak keunggulan, sedikit kelemahan. Kita sering luput dalam menilai faedah dari penderitaan. Kemudian sengsara pada deritanya saja, bukan hikmah yang dapat dipetik. Betapa banyak derita justru membawa serta kesyukuran, keterbukaan, dan kesadaran kita terhadap delusi kita selama ini.

Bahkan, kita acapkali memberikan penilaian berlebih kepada hal-hal yang sebenarnya nilainya minim, atau dalam kata-kata Mark Manson sebagai nilai-nilai sampah. Sebut saja misalnya kenikmatan sesaat, kesuksesan material, selalu merasa benar, menggampangkan-gampangkan masalah, dan kesenangan semu lainnya. Penting bagi kita untuk dapat menentukan perbedaan nilai yang baik dan buruk. Nilai yang baik mengandung kenyataan, berdimensi sosial, dan dapat dikendalikan. Sementara nilai buruk bersifat delusional, merusak dimensi sosial, dan tidak dapat dikendalikan (Mark Manson, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Cetakan XI. Gramedia, Jakarta. 2018, hal 101).

Anda Selalu Memilih

Kita selalu dalam pilihan. Kita tidak pernah tidak diberikan pilihan. Bahkan tidak memilihpun adalah sebuah pilihan. Tapi, dalam kebebasan memilih tersebut, berdiri sejajar dengannya tanggungjawab. Anda bebas untuk tidak belajar, namun tanggung jawabnya adalah kebodohan yang anda terima. Menanggapi tragedi adalah sebuah tanggungjawab. Apakah kita juga mesti bertanggung jawab pada genetika dan warisan? Secara kausalitas, kita hanyalah akibat yang tak dapat mengubah sebab materi tersebut. Namun, di samping sebab materi, kita harus bertanggung jawab pada sebab efisien, final, dan formal, karena kitalah aktornya, kitalah yang menentukan cita-cita hidupnya kita ke depan, dan bagaimana sampai ke cita-cita tersebut.

Faktor genetika dan warisan, hanyalah salah sebab materi, yaitu dimensi masa lalu orangtua yang tidak dapat kita elakkan. Warisan dan genetika hanyalah salah satu dari 4 macam sebabnya Aristoteles. Dan ia termasuk sebab materi yang merupakan rangkaian sebab-sebab penyusun. Kita memiliki tanggungjawab dan ragam pilihan lainnya untuk memperbaiki hidupnya kita. Berhentilah menggunakan tren menjadi korban (Mark Manson, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Cetakan XI. Gramedia, Jakarta. 2018, hal 129).

Baca juga : Resensi Buku Teologi dan Falsafah Hijab

Anda Keliru tentang Semua Hal (Tapi, Saya Pun Begitu)

Sebagai manusia biasa, semua orang pasti pernah salah. Namun yang mesti kita pahami adalah bahwa kita adalah arsitek keyakinan kita masing-masing. Anda bisa membangun optimisme kritis, optimisme berlebihan (angkuh), pesimisme kritis, atau pesimisme akut. Maka, berhati-hatilah dengan apa yang anda percayai. Kita harus berdiri seimbang antara optimisme di satu sisi, namun tetap kritis di sisi yang lain.

Karena kita sangat dimungkinkan untuk keliru tentang semua hal, maka memutlakkan pengetahuan menjadi hal yang berbahaya. Selain memastikan kebenaran secara sepihak, hal itu juga menghambat sikap kritis agar terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Manson menciptakan suatu hukum yang berbunyi; semakin banyak bahaya yang mengancam identitas anda, semakin anda berusaha menghindarinya. Salah satu cara agar tidak merasa benar sendiri, bunuh saja diri anda sendiri. Dalam hal ini ego yang selalu merasa benar sendiri. Matilah kau sebelum mati, sabda Rasulullah Saw. Artinya matikan ego partikular, demi ego yang lebih universal. Jangan memutlakkan diri sendiri (Mark Manson, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Cetakan XI. Gramedia, Jakarta. 2018, hal 164).

Kegagalan adalah Jalan untuk Maju

Terdapat paradoks dalam kegagalan dan kesuksesan. Orang-orang sering menganggap kegagalan adalah lawan dari kesuksesan. Bahwa jika anda gagal, anda semakin jauh dari kesuksesan. Padahal, kesuksesan adalah akumulasi dari kegagalan-kegagalan. Hanya saja, orang-orang tidak melihat betapa kerasnya latihan dan banyaknya kegagalan yang dilalui oleh para pemenang. Kita hanya melihat hasilnya di atas panggung atau lapangan saja. Tidak ada pemenang yang lahir di lapangan, mereka ditempa di medan latihan yang sungguh-sungguh dan sepi dari hiruk pikuk penonton dan media.

Kegagalan atau derita adalah bagian dari proses. Ialah sebab bagi kemenangan dan kesuksesan yang menjadi akibat di kemudian hari. Prinsipnya adalah “lakukan sesuatu”. Jangan menunggu motivasi, kemudian beraksi. Tapi lakukanlah aksi, maka motivasi akan datang dan aksi-aksi akan berdatang pula, dan begitu seterusnya. Intinya, jangan hanya duduk-duduk. lakukan sesuatu. Maka jawaban akan muncul (Mark Manson, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Cetakan XI. Gramedia, Jakarta. 2018, hal 185).

Baca juga : 10 Rekomendasi Buku Non Fiksi Terbaik Sebagai Alternatif Bacaan

Pentingnya Berkata Tidak

Penolakan membuat hidup anda lebih baik. Baik itu anda yang menolak, maupun anda yang ditolak. Jika anda menolak, itu bagus demi tidak tercampurnya kehidupan anda pada sesuatu yang tidak baik. Sementara jika anda ditolak, itu akan membuat anda lebih terpacu untuk memperbaiki dan mengembangkan diri. Mengetahui batasan menjadi penting agar kita sadar bahwa apa kita pantas atau tidak pantas terhadap sesuatu.

Begitupun dengan kepercayaan. Kita hanya dapat menerima kepercayaan yang pantas kita dapatkan. Jika kita selingkuh, dua hal yang menjadi konsekuensi, apakah tidak diterima lagi oleh pasangan atau diterima tetapi tidak dipercaya lagi. Pilihan pragmatisnya adalah mengakhiri hubungan dan mencoba dengan orang baru (dengan catatan akan tetap terngiang dengan kesalahan pada mantan dan tetap dengan kebiasaan buruk selingkuh). Atau kita berjuang mendapatkan kepercayaan kembali dengan catatan diuji beberapa kali oleh

pasangan kita yang setia tersebut. Kepercayaan adalah bahan baku paling penting dalam segala jenis hubungan. Kebebasan yang bablas hanya dapat dibatasi oleh komitmen (Mark Manson, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Cetakan XI. Gramedia, Jakarta. 2018, hal 215).

Baca juga : 10 Rekomendasi Buku Psikologi Terbaik yang Wajib Dibaca!

Dan Kemudian Anda Mati

Betapapun anda masih berpikir bahwa anda adalah pribadi yang mutlak dan selalu benar, anda tetaplah manusia, yang pada gilirannya akan mati dan meninggalkan dunia ini. Apapun agama dan ideologi kita, atau tanpa beragama dan berideologi sekalipun, kita pasti menyadari bahwa ada sesuatu di luar kita. Karena manusia memiliki dua dimensi, yaitu dimensi fisik dan konsepsi, maka penting untuk membangun dimensi konsepsi diri kita, meski dimensi fisik kita telah mati.

Lihatlah nama-nama besar seperti Yesus, Muhammad SAW, Budha, dan sebagainya, mereka pernah hidup secara fisik seperti kita. Namun setelah fisiknya telah mati, konsepsi mereka tetap hidup di tengah-tengah kita. Dan sisi baik kematian adalah kita bisa meninggalkan warisan di dunia dan kesempurnaan di alam selanjutnya. Sesekali, rasakanlah pengalaman mendekati kematian, agar kita dapat menghargai hidup kita, baik secara fisik, maupun konsepsi

Written by Jari Telunjuk
Tukang jaga di jaritelunjuk Profile

4 Replies to “Resensi Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat – Mark Manson”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *