Fiksi, General, Review

Resensi Buku Koala Kumal – Raditya Dika

Koala Kumal adalah karya komedi yang tercipta dari interpretasi Raditya Dika terhadap berbagai keadaan patah hati yang dialami sepanjang hidupnya. Dika yang...

Written by Jari Telunjuk · 4 min read >
Judul 		: Koala Kumal
Penulis		: Raditya Dika
Penerbit	: Gagas Media
Halaman		: 250 Halaman

Koala Kumal adalah karya komedi yang tercipta dari interpretasi Raditya Dika terhadap berbagai keadaan patah hati yang dialami sepanjang hidupnya. Dika yang merupakan pelopor dari penulis dengan genre diari komedi mencoba untuk memberikan gambaran mengenai harapan yang patah dalam setiap fase kehidupan manusia.

Dika mulai dikenal secara luas sebagai pionir ketika buku pertamanya, Kambing Jantan, menembus angka 100.000 eksemplar dalam 3 tahun awal perilisan. Koala Kumal yang merupakan buku ketujuh ini dijadikan sebagai proses pendewasaan terhadap tulisannya. Jarak tiga tahun dari buku ke enam serta semakin matangnya usia membuat buku ini tidak hanya menyajikan tawa, namun juga memberikan berbagai perspektif mengenai hubungan antar manusia.

Buku ini dibuka dengan menceritakan kisah Dika kecil saat masa SD yang berkutat dengan permainan video game. Ayah Dika yang khawatir dengan keadaan anaknya mengajak untuk bermain layangan. Hal tersebut yang mempertemukannya dengan Bahri dan Dodo, sahabat masa kecilnya. Kedua anak tersebut mengubah Dika menjadi anak yang lebih terbuka. Mereka saling menginap dirumah satu sama lain dan para orang tua mengajak mereka untuk pergi ke wahana bermain.

Konflik mulai terjadi saat ketiga sahabat ini mulai bermain petasan jangwe saat bulan Ramadhan. Puncaknya ketika Bahri melancarkan serangan petasan pada gerombolan anak kompleks Kebalen karena menganggap Ujay, anak kebalen, merebut wanita pujaannya yang menjadikan mereka terlibat perang petasan hingga berhari-hari. Dika dan Dodo yang tak ingin celaka membuat Bahri kesal, sehingga pertemanan mereka berakhir.

Bab selanjutnya menjabarkan mengenai proses yang terjadi dibalik layar dalam pembuatan film Cinta Brontosaurus yang diadaptasikan dari novel kedua Dika dan juga berbagai keunikan keluarganya yang akhirnya menyelamatkan dari kebuntuan penulisan cerita. Naskah yang berulang kali terlambat dikumpulkan yang disebabkan kurangnya bagian humor membuat Produser terus mengejar.

Mama Dika yang cukup ceplas ceplos serta kelakuan Papa Dika yang nyeleneh menghasilkan kombinasi yang cukup mengundang tawa pada bab ini. Masalah mengenai bagian humor untuk film akhirnya bisa dapat diselesaikan setelah Papa Dika mengeluarkan komentar yang cukup vulgar namun lucu saat Dika mengenalkan pacar barunya kepada keluarga ketika makan malam bersama. Dika yang awalnya khawatir atas respon keluarga mengenai penggambaran mereka dalam film akhirnya lega setelah kedua orang tuanya memberikan respon diluar dugaan.

Pada bab ketiga menceritakan berbagai teori anomali yang dipikirkan oleh Dika mengenai wanita tomboy. Deska, wanita yang dimaksud, mengubah keadaan canggung menjadi menarik ketika menunjukkan berbagai perilaku yang tak pernah dihadapinya. Mulai dari menyenangi sepakbola, bermain tombak hingga karakter game yang hanya diketahui segelintir orang mulai menimbulkan ketertarikan. Dika yang ingin mengimbangi aktivitas Deska mulai mendaftar gym dengan pelatih pribadi agar olahraganya terarah.

Beberapa hari setelah mulai latihan, Dika mengajak Deska untuk lari sore keliling Senayan untuk melancarkan pendekatannya yang diakhiri tertariknya otot bokong Dika. Selang beberapa bulan, mereka pun sepakat untuk berpacaran. Perubahan mulai terasa ketika Deska mulai jarang menelpon dan membalas pesan seperlunya. Kecurigaan yang tumbuh menjadi kenyataan setelah Dika yang berada di luar kota pulang lebih cepat menuju ke rumah Deska hanya untuk mendapati pacarnya sedang berduaan dengan Astra, tetangga yang selalu diceritakannya.

Bab keempat memasukkan komedi khas Dika yang populer di media sosial tentang tips-tips untuk melewati berbagai penolakan. Beberapa masalah klise penolakan cinta remaja seperti ingin fokus sekolah, telat membalas pesan singkat sampai perbedaan horoskop dibahas secara unik lewat perspektif yang bisa mengajak pembaca untuk berpikir diluar kebiasaan.

Pertemuan dengan Chica yang menceritakan tentang hewan peliharaannya membuka bab kelima saat Dika mulai merenungi keadaannya yang tinggal sendiri. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Dika menyarankan untuk memelihara hewan. Setelah beberapa saat melakukan riset, kucing dianggap sebagai hewan yang paling layak untuk dipelihara.

Proses pemilihan kucing ternyata tidak semudah itu. Perjalanan selama 4 jam dari Jakarta menuju tempat pengembangbiakan kucing yang diinginkan pun dilakukan. Sesampainya di sana, puluhan jenis kucing yang ada belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pada akhirnya, kucing yang diinginkan ditemukan pada peternakan sederhana. Dika mengibaratkan pemilihan kucing seperti jodoh yakni apa yang dicari seringkali ditemukan pada tempat yang tak diduga.

Baca juga : Komik A Man and His Cat, Kisah Menggemaskan Tentang Hubungan Spesial Antara Manusia dan Kucing

Bangkok menjadi latar tempat bab selanjutnya yang menceritakan pengalaman menggunakan aplikasi kencan. Rekan yang menemani Dika selama kegiatan menyarankan untuk menggunakan Tinder guna menghilangkan rasa jenuhnya. Kejutan yang dialami pada ujung kisah ini membuat Dika berpikir dua kali untuk melakukan hal yang sama. Pengalaman pertama menggunakan aplikasi tersebut dikemas secara baik guna memberikan antusiasme yang sama untuk pembaca rasakan.

Untuk bab ketujuh, Dika mencoba mengajak pembaca untuk berandai mengenai apa yang akan terjadi apabila kita berani untuk melakukan perkenalan dengan orang yang ditaksir. Berbagai keadaan yang terjadi memadamkan nyali untuk mencoba mengenali nama perempuan yang disukai. Hal tersebut menjadikan memori yang tersimpan hanyalah sebatas memandang dari jauh, tak bisa menjadi cerita yang mungkin saja bisa mengubah jalan hidupnya.

Cerita yang terdapat pada bagian selanjutnya dari buku ini mengenai pengalaman Dika memulai pekerjaan baru sebagai sutradara. Kebosanan akan kualitas acara TV serta pernyataan pengikut media sosial menyadarkan Dika untuk menciptakan kontennya sendiri. Bebagai masalah teknis serta non teknis mempercepat proses belajar Dika untuk menjadi sutradara. Dari awalnya hanya melakukan proyek iseng pada platform youtube hingga menjadi sebuah karya layar lebar diceritakan secara rinci pada bab kedelapan.

Kisah selanjutnya yang diceritakan pada buku ini ialah saat Dika mengalami kejadian memalukan saat menjadi senior pada ekskul PMR. Pertemuan dengan Lina si adik kelas saat ujian semester mengawali proses penceritaan dengan diselingi oleh kelakukan unik Nikolas, teman sependeritaan Dika. Kilas balik saat perpeloncoan di masa junior menjadikan Nikolas sangat bernafsu untuk balas dendam. Setelah acara yang ditunggu tiba, Nikolas malah kehilangan wibawa sebab terjebak dalam situasi memalukan bersama Dika dan Lina saat jurit malam. Setelah kejadian tersebut, Lina ternyata memendam rasa pada Dika, namun perasaan tersebut bertepuk sebelah tangan.

Kisah yang paling menarik dalam buku ini tertulis pada bab yang menceritakan tentang Trisna, sahabat Dika yang menggandrungi Harry Potter. Cerita berawal saat Dika dan Trisna berangkat ke bioskop untuk menyaksikan film Harry Potter terbaru yang menyebabkan argumen antar keduanya. Pertanyaan Dika tentang patah hati ternyata membuka luka lama yang telah dipendam oleh Trisna. Kisah romantis namun tragis yang diceritakan secara keseluruhan oleh Trisna pada sebuah malam yang sunyi menimbulkan perasaan simpati yang memilukan bagi para pembaca.

Perjalanan menuju Adelaide pada tahun 2003 serta kilas balik saat akan berpisah dengan pacar menjadi latar pada cerita selanjutnya. Hubungan jarak jauh yang tergolong berat bagi pasangan di jaman itu tidak mematahkan kepercayaan Dika untuk melanjutkan hubungan yang telah terjalin. Rasa yakin tersebut didapatkan melalui seorang penumpang bernama Zafran yang terus berbicara sepanjang waktu. Walau awalnya terganggu, Dika mendapatkan inspirasi saat Zafran bercerita mengenai fungsi sabuk pengaman pada kursi pesawat. Hubungan pacaran yang Dika jalin selama 2 tahun harus kandas karena kedua insan merasakan perubahan pada diri masing-masing.

Baca juga : 10 Fakta Tentang Ancika – Karakter yang Dipacari Dilan Hingga Menikah setelah Milea

Bab penutup ini bisa dibilang menjadi inti dari pembahasan yang terbentang dalam berbagai kisah yang terdapat sepanjang membaca buku ini. Gambar koala kumal yang berdiri terdiam ketika melihat hutan tempat tinggalnya terbakar menjadi inspirasi judul buku ini. Dika yang melakukan komparasi antara perasaan koala dengan keadaan patah hati yang terjadi sepanjang hidup memberikan kesimpulan bahwa sebuah tempat yang berubah karena sebuah keadaan tidak akan menjadi tempat yang sama lagi.

Setiap manusia pasti pernah patah hati dan hal tersebut dituliskan dengan sangat ringan namun mengena dalam setiap cerita yang ada dalam buku ini. Perubahan pandangan yang dialami oleh seseorang yang mengobati luka hati terhadap sebuah hal yang sama dapat dipahami dengan mudah. Buku ini bisa disebut sebagai puncak perubahan Raditya Dika dalam menulis sebuah novel. Dimulai dari buku kelimanya, Marmut Merah Jambu, Dika mengubah citra dari penulis komedi yang hanya mengandalkan diksi lucu serta situasi yang absurd menjadi penulis yang bisa menertawakan proses pendewasaan hidup. Gaya menulis inilah yang banyak mengilhami penulis baru seperti Alit Susanto dengan Relationshit nya (terbit pada 2015) dan juga Benazio Rizki yang menulis Benabook (terbit 2013).

Profesi sebagai stand up comedian juga mungkin membantu Dika dalam menuliskan cerita secara runut dan lugas, sebab jokes yang akan dibawakan dalam pergelaran stand up harus ditulis dengan rapih. Buku ini amat cocok bagi orang yang ingin mulai kembali membaca buku karena penyampaian pesan yang tidak bertele-tele. Remaja yang menuju dewasa pun cocok untuk membaca buku ini sebab banyak cerita yang akan terhubung langsung dalam proses pendewasaan dengan cara yang mudah dimengerti. 

Written by Jari Telunjuk
Tukang jaga di jaritelunjuk Profile

2 Replies to “Resensi Buku Koala Kumal – Raditya Dika”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *