Fiksi, Resensi

Resensi Buku Catatan Juang – Fiersa Besari

Lewat cerita pada novel ini, Fiersa mencoba menjelaskan bagaimana alam berkonspirasi. Tidak ada sesuatu yang terjadi diatas dunia ini hanya karena kebetulan,...

Written by Jari Telunjuk · 2 min read >
Catatan Juang
Judul 		: Catatan Juang 
Penulis		: Fiersa Besari
Penerbit	: Media Kita 
Halaman		: 312 
Catatan Juang - Fiersa Besari

Buku catatan juang adalah novel fiksi yang ditulis Fiersa Besari. Menceritakan Suar yang semasa kuliahnya adalah perempuan yang idealis dan aktif berorganisasi tetapi tenggelam dalam mekanisme kapitalis dan dipaksa mengikuti sistem karena merasa sebagai tulang punggung keluarganya sebagai anak pertama. 

Buku yang diterbitkan mediakita pertama kali ditahun 2017 ini menceritakan bagaimana alam berkonspirasi dalam tiap liku kehidupan. Berawal ketika Suar yang kesehariannya bekerja disalah satu bank menemukan buku bersampul merah diangkot. Buku bersampul merah yang jatuh di angkot diambilnya setelah bertanya pada seisi angkot dan tak ada yang merasa jika buku tersebut miliknya. Setelah membaca sampul buku, Suar tahu jika pemilik buku bersampul merah di tangannya itu adalah buku yang nama pemiliknya adalah Juang lewat tulisan “seorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya. Tertanda, Juang”. Suar membuka dan membaca catatan-catatan yang ada dengan alasan untuk mencari tahu siapa dan dimana dia bisa mengembalikan buku tersebut.

Baca juga : Resensi Buku Surat Kecil untuk Tuhan – Agnes Davonar

Hari-hari Suar dilalui bersama buku itu. Buku itu tak pernah lepas kemana pun suar pergi sejak pertama kali menemukannya di angkot. Sial bagi Suar, buku yang berisi catatan-catatan yang lebih seperti diary Juang seakan sesuai dengan apa yang terjadi dan dialaminya. Suar pun menjadikan buku bersampul merah itu sebagai inspirasi dan motivasinya dalam menghadapi hidup disamping mencari dimana pemiliknya.

Sampai pada saat Suar menemukan cintanya pada Bang Dude setelah melewati masa patah hati. Buku bersampul merah yang ditemukan tempo hari di angkot adalah buku sahabat Bang Dude yang bernama Juang. Juang adalah sahabatnya bang Dude yang meninggal saat menjadi relawan bencana gunung meletus di merbabu. Buku bersampul merah yang didapat Suar adalah naskah berisi catatan-catatan Juang yang akan terbitkan tetapi terjatuh di angkot saat dibawah oleh adiknya Juang. Buku bersampul merah ini juga yang telah meyakinkan Suar yang seorang sarjana Desain Komunikasi Visual untuk keluar dari  bank tempatnya bekerja dan menggeluti profesi sesuai kemampuannya dan yang bermanfaat bagi orang banyak. Dari profesi baru Suar inilah dia bertemu dengan Bang Dude yang seorang pegiat lingkungan saat mengerjakan proyek pembuatan film pendek mengangkat isu bahaya tambang. 

Buku ini menggambarkan sosok Juang yang sangat idealis dan lewat catatan-catatannya menggambarkan ketimpangan sosial yang terjadi sekarang ini. Seperti pada catatannya kakimu bukan akar, melangkahlah (hal.53). Mengutip perkataan aktivis “Orang-orang seperti kita, tidak pantas mati diatas tempat tidur”(Soe Hoe Gie, aktivis yang tertidur dalam keabadian Semeru). Hidup memang bukan hanya persoalan bekerja dengan sistem yang berlaku dalam perkantoran-perkantoran, industri-industri yang membuat orang hanya terkungkung tanpa memikirkan hal yang baru. Banyak hal yang baru selama kaki ini melangkah untuk membuat hidup lebih berarti kepada orang lain dan lingkungan daripada hanya mencari makna pada kantor-kantor dan industri-industri.

Baca juga : 7 Buku Rintik Sedu yang Selalu Digemari Remaja

Catatan pada halaman 125 tentang rakyat yang dituliskan “rakyat adalah penduduk suatu negara, tanpa rakyat mustahil negara ada tanpa berarti pejabat, aparat, ningrat, konglomerat, yang melarat semua adalah rakyat”. Semua itu adalah unsurnya negara, tetapi realitas sosial yang terjadi saat ini, rakyat yang melarat dan miskin diabaikan oleh pemerintah. Seakan negara hanyalah tentang yang makro dan tidak tentang mikro.

Dalam buku ini terdapat percakapan antara ayah Suar dan Suar tentang bagaimana membuat hidup lebih berarti dan bermakna pada halaman 272. “Apapun yang kamu lakukan, bagaikan kebahagiaan. Jangan disimpan sendiri”. Dalam hidup kita merasa kurang hidup karena kurang berbagi. Jika memaknai hidup hanya sekadar hidup dan mati maka hidup hanyalah persoalan produksi generasi. Hidup bukan hanya persoalan beregenerasi tetapi juga tentang berorganisasi. Orang-orang terlalu sibuk dengan kungkungan rutinitas dan menjadi orang lain hingga lupa jika dirinya bisa melebihi jika menjadi dirinya sendiri. Karena itu kesepian terkadang hadir ditengah keramaian.

Baca juga : Resensi Buku Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer

Lewat cerita pada novel ini, Fiersa mencoba menjelaskan bagaimana alam berkonspirasi. Tidak ada sesuatu yang terjadi diatas dunia ini hanya karena kebetulan, setiap hal yang terjadi akan ada alasan untuk apa dan mengapa. Karena akan ada satu titik didepan yang tak mungkin digapai jika tidak melalui titik sekarang ini.

Written by Jari Telunjuk
Tukang jaga di jaritelunjuk Profile

One Reply to “Resensi Buku Catatan Juang – Fiersa Besari”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *