Buku Tentang Sejarah Indonesia – Sejarah adalah rangkaian berbagai peristiwa yang menjadi bagian yang sangat penting bagi peradaban umat manusia hingga saat ini termasuk Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia, sudah sewajarnya kita untuk mengetahui bagaimana sejarah panjang yang mewarnai pembentukan negara ini melalui buku tentang sejarah Indonesia. Namun, sejarah bukanlah sesuatu yang hanya untuk dikenang, tapi juga wajib kita pelajari. Opini yang menyebutkan bahwa belajar sejarah merupakan hal yang membosankan itu salah, karena kita bisa memperoleh banyak manfaat dari mempelajarinya. Berbagai kejadian yang terjadi di masa lalu dapat memberikan kita suatu pelajaran untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Baca juga : Pentingnya Membaca Buku
Berikut ini rekomendasi buku tentang sejarah Indonesia baik sebelum, saat, atau sesudah mencapai kemerdekaan untuk meningkatkan rasa nasionalismemu. Beberapa buku di bawah ini juga merupakan hasil tulisan dari tokoh-tokoh terkemuka di Indonesia.
1. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Rekomendasi buku tentang sejarah Indonesia yang pertama adalah buku yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Buku ini ditulis oleh Cindy Adams, seorang wartawan wanita asal Amerika Serikat yang menuliskan otobiografi presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Ketika pertama kali terbit pada tahun 1965, judul aslinya yaitu “Soekarno: an Autobiography as Told to Cindy Adams”.
Dalam buku sejarah ini menggambarkan bagaimana kisah hidup Ir. Soekarno mulai dari kecil sampai dengan masa setelah Revolusi Republik Indonesia. Ketika kecil, presiden pertama Indonesia itu sudah banyak diajarkan oleh ayahnya bagaimana berkorban untuk negara melalui pendidikan. Ayah Ir. Sokarno yang bernama Raden Soekemi membimbing anaknya untuk menempuh pendidikan di Horgere Burgerschool (HBS), sebuah sekolah menengah elit di Surabaya kala itu. Soekarno banyak berdiskusi masalah politik dengan HOS Cokroaminoto, pemilik tempat tinggal selama ia sekolah di Surbaya sekaligus sebagai kawan ayahnya. Semangat nasionalisme sang presiden mulai tumbuh ketika itu.
Ir. Soekarno melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi ke Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama ITB (Institut Teknologi Bandung). Di kampus ini, wawasan nasionalismenya semakin tumbuh dengan banyaknya interaksi dengan rakyat dan membuka jalan pikirannya untuk lebih berempati. Kondisi saat itu memang cukup memprihatikan dimana rakyat didoktrin bahwa rakyat pribumi adalah kelompok yang rendah dan berbeda status sosial dengan bangsa Eropa.
Dalam buku ini juga menceritakan bagaimana perjuangan Soekarno keluar masuk penjara karena banyak menentang kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Lewat aksi pidatonya yang berjudul “Indonesia Menggugat”, ia dengan berani mengungkapkan ketidakadilan para elit penguasa kala itu di pengadilan ketika bersidang. Soekarno yang saat itu aktif di partai PNI (Partai Nasional Indonesia) dianggap cukup membahayakan terhadap eksistensi pemerintahan kolonial. Saat di penjara, ia merasa tidak memiliki semangat karena tidak bisa membaca buku, koran, dan kehilangan kesempatan menyampaikan orasinya.
Perjuangan Ir. Soekarno setelah Indonesia merdeka pun tidak mudah untuk dijalani. Sebagai presiden Republik Indonesia, mesti kemerdekaan sudah dicapai namun ancaman perang revolusi dengan tentara Belanda terus berlangsung. Bahkan ketika itu ia diancam akan mendapatkan hukuman mati karena dianggap sebagai penjahat perang. Di akhir hayanya, Soekarno diceritakan sama sekali tidak mempunyai rumah sebagai tempat tinggal. Ia bahkan menolak iuran dari rakyat yang ingin memberikannya rumah untuk tempat bernaung.
2. Di Bawah Bendera Revolusi
Rekomendasi buku tentang sejarah Indonesia yang selanjutnya adalah Di Bawah Bendera Revolusi, sebuah buku karangan presiden Ir. Soekarno. Selain dikenal sebagai sosok yang penuh dengan kharisma, Soekarno juga terkenal akan kegemarannya menulis. Pemikirannya tersebut ia tuangkan ke dalam bentuk buku yang salah satunya yang populer yaitu Di Bawah Bendera Revolusi. Buku ini diterbitkan pertama kali di tahun 1959 dan isinya memuat tulisan presiden pertama Indonesia antara tahun 1926 sampai tahun 1941.
Buku Di Bawah Bendera Revolusi menceritakan bagaimana sikap kritisnya terhadap pemikiran syariat Islam kala itu meski ia juga beragama Islam. Ia menyebut saat itu orang-orang menerapkan prinsip Islam sontoloyo, karena ajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan sama sekali tidak didasarkan pada ajaran agama yang sebenarnya. Sebagian kelompok saat itu bersikap sinkritisme yang disebutnya masih membawa pemikiran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain dalam Islam. Akibatnya muncul istilah islam kejawen dan cenderung kolot sehingga ia menyebut umat islam tertinggal dalam bidang sains, teknologi, dan lain sebagainya.
Dalam buku ini disebutkan contoh ajaran Islam yang masih keliru mengenai perdebatan apakah donor darah antara orang Islam dan non Islam itu boleh atau tidak. Sebagian kelompok ulama menyebutkan itu adalah tindakan yang dilarang dalam Islam karena tindakan menyatukan darah orang suci dengan orang kafir. Ia juga menyebutkan bahwa ketika itu anaknya yang kebingungan karena dijilat oleh anjing, maka ia harus membersihkannya dengan menggunakan tanah sampai tujuh kali. Ir. Soekarno menyebut cukup dicuci menggunakan sabun saja, karena ajaran menggunakan tanah sebenarnya sama saja membersihkan menggunakan sabun. Pada zaman nabi belum ada sabun sehingga cara membersihkan jilatan tersebut menggunakan tanah.
3. Untuk Negeriku, Sebuah Otobiografi
Selain Ir. Soekarno, tokoh nasional yang dikenal dengan perjuangannya bersama sang proklamator Indonesia adalah Moh. Hatta sebagai wakil presiden pertama Republik Indonesia. Buku berjudul “Untuk Negeriku, Sebuah Otobiografi” merupakan karya Hatta sebagai salah satu rekomendasi buku tentang sejarah Indonesia lainnya. Buku aslinya terdiri atas tiga jilid dimana masing-masing jilid memiliki cerita yang berbeda mengenai perjalanan hidupnya selama ini. kemudian buku ini diterbitkan lagi dan edisi yang paling baru dicetak pada tahun 2014 dengan total 746 halaman.
Buku ini mengisahkan bagaimana kehidupan masa kecil sang wakil presiden pertama Indonesia di tanah kelahirannya, Bukit Tinggi Provinsi Sumatera Barat. Ketika kecil, ia lebih banyak menghabiskan kegiatannya dengan belajar terutama mengenai pendidikan agama. Perjuangannya menentang penjajahan muncul ketika ia meneruskan pendidikannya di Jakarta. Lewat majalah-majalah terbitan untuk pelajar, ia menyerukan gerakan anti kolonialisme Belanda. Ia kemudian melanjutan pendidikannya ke Belanda setelah mendapatkan beasiswa di Kota Roterdam dnegan konsentrasi ekonomi dan politik.
Perjuangan Bung Hatta dalam kemerdekaan Indonesia juga disebutkan dalam buku ini. Bagaimana ia bersama tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya memperjuangkan cita-cita kebebasan rakyat dari penjajahan. Setelah pulang dari Belanda, ia aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik dengan menerbitkan berbagai tulisan yang mengenai kemerdekaan. Ia juga aktif mempelajari perekonomian lewat kegiatan berdagang. Karena dianggap mengancam pemerintahan, akhirnya ia diasingkan ke beberapa tempat seperti Digul, Banda Neira, sampai Sukabumi.
Ia sama sekali tidak gentar dengan berbagai ancaman oleh pemerintah kolonial. Hatta bahkan tidak berubah pikiran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa walau pemerintahan kolonial Belanda kala itu digantikan oleh Jepang. Justru momentum pergantian pemerintahan itu ia jadikan sebagai gerbang menuju kemerdekaan. Setelah meletusnya Bom di Kota Hiroshima dan Nagasaki, Hatta dan Laksamana Maeda kala itu segera berunding mengenai kesiapan kemerdekaan Indonesia. Pada akhirnya tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan lewat proklamasi yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.
Buku ini mengajarkan bahwa perjuangan untuk mencapai apa yang kita inginkan tidaklah mudah. Hatta menunjukkan kepada kita untuk tidak pernah lelah berjuang sampai cita-cita yang diimpikan dapat diraih. Tidak akan ada hasil yang bisa diraih tanpa adanya perjuangan panjang dibalik itu semua.
4. Catatan Seorang Demonstran
Mahasiswa adalah sosok yang diharapkan mampu mengemban perjuangan bangsa mencapai kemakmuran negeri melalui tangan-tangan aktif dan terampilnya. Seperti halnya Soe Hok Gie, seorang mahasiswa dari Universitas Indonesia yang aktif menyuarakan ketidakadilan di negeri ini. Dalam buku berjudul Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie dikenal lantang dan berani menyuarakan pendapatnya dalam tulisan untuk menentang tindakan elit penguasa. Ia begitu kukuh membela kaum terpinggirkan yang dianggap tidak menjadi prioritas dan cenderung dilupakan oleh elit penguasa.
Sosok Soe Hok Gie aktif melakukan demonstrasi pada tahun 1966-1969. Ia tidak menyetujui dengan praktik pemerintahan yang kala itu dipimpin oleh Presiden Soeharto. Soe Hok Die berpendapat bahwa kebijakan pemerintah saat itu sebagai tindakan yang lebih memihak kaum elit dan menganggap Soeharto sebagai sosok yang immoral. Para wakil rakyat banyak melakukan penyelewengan yang bertujuan untuk memperkaya kelompoknya sendiri tanpa memperhatikan kemakmuran rakyat. Ia menyerukan aksinya secara independen, tidak mengatasnamakan pihak manapun yang ikut campur di dalamnya.
Diceritakan bahwa Gie sangat geram tatkala terjadi pembantaian terhadap kelompok pejuang komunisme. Gie berpendapat bahwa aksi tersebut justru menyulut munculnya benih-benih kebencian di negeri yang sudah lama dijajah bangsa asing ini. Ia menulis aksi protes terhadap tindakan Soeharto sebagai perilaku yang menentang hukum, kemanusiaan, dan keadilan. Soe Hok Gie menghembuskan nafas terakhirnya ketika menjalankan hobinya sebagai mahasiswa pecinta alam di Gunung Semeru, tanggal 16 Desember 1969 karena menghirup gas beracun. Catatan Seorang Demonstran menjadi buku tentang sejarah Indonesia yang juga direkomendasikan dengan mengajarkan bahwa tindakan nyata lebih berharga daripada hanya diam bungkam tanpa perjuangan apapun.
Itulah beberapa rekomendasi buku tentang sejarah Indonesia yang bisa kamu jadikan sebagai sumber bacaan untuk lebih mengenal bangsamu sendiri. Seperti kata Soekarno, “Jasmerah: Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, sebagai bangsa yang besar sudah menjadi barang wajib bagi kita untuk mengenal sejarah negara sendiri. Dengan mempelajari sejarah Indonesia, kita bisa meniru berbagai teladan yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa itu. Dengan begitu, kita bisa melanjutkan perjuangan kemerdekaan para pendiri bangsa sesuai dengan kemampuan dan profesi saat ini sebagai ajang untuk mengisi kemerdekaan.
One Reply to “Rekomendasi Buku Tentang Sejarah Indonesia Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan”